RRI-Jogja News, Enam penyair kawakan masing-masing, Genthong HAS, Landung Simatupang, Butet Kartaredjasa, Whanny Darmawan, Naomi Srikandi dan Gunawan Maryanto, Sabtu malam di Tembi Rumah Budaya Sewon Bantul, secara bergantian memeriahkan Malam Puisi yang didedikasikan khusus untuk Darmanto Yatman (70 tahun), penyair senior yang kini terserang stroke dan menikmati persembahan untuknya itu dari atas kursi roda.
“Saya terkejut setelah lama tidak berjumpa dengan Mas Darmanto, dan ketika saya berkunjung ke rumahnya di Semarang saya dapati kondisi nya sudah seperti itu,” ungkap Genthong HAS kepada RRI-Jogja menjelang berlangsungnya Malam Pembacaan Puisi di Tembi tersebut Sabtu (21/1). Seketika melalui jejaring social dan SMS Genthong HAS menghubungi para penyair untuk berbuat sesuatu yang nyata teruntuk sahabat mereka yang saat ini tidak bisa lagi tampil membacakan puisi. Gayungpun bersambut secara spontan dan seketika beberapa penyair menyatakan kesediaan mereka dan pihak Tembi Rumah Budaya pun menyiapkan tempat berikut ubarampe –nya dan terlaksanalah acara tersebut.
Malam itu, ratusan pemerhati sastra hadir memenuhi Pendopo tempat dilangsungkannya Pembacaan Puisi bahkan halaman Rumah Budaya tersebut juga dipenuhi pengunjung yang dengan sukarela harus berdiri karena tempat duduk sudah terpenuhi semuanya, termasuk karpet dibagian depan yang disediakan untuk mereka yang memilih duduk lesehan. Diantara yang hadir nampak Profesor Bakdi Sumanto yang didampingi N. Nuranto (Pengelola Tembi) dan Suwarno Wisetrotomo (kurator dan pengamat seni).
Dalam Malam Sastra Tembi Bersama Darmanto Yatman, Genthong HAS tampil membuka acara dengan membacakan dua judul puisi karya Darmanto Yatman yakni, Sekarang Bahwa Aku Merasa Tua dan The 27th Crisis. Dilanjutkan oleh Gunawan Maryanto dengan judul Pidato Lurah Karangdempel.
Naomi Srikandi dengan gaya khasnya tampil membacakan puisi berjudul Teori Probability Tukini, sedangkan Whanny Darmawan yang malam itu juga mengenalkan novelnya membawakan tiga judul puisi karya Darmanto Yatman yaitu Rumah, Istri ,dan Anak.
Meski malam semakin larut namun kehadiran Butet Kartaredjasa yang dikenal sebagai tokoh monolog membuat suasana semakin bergairah dengan keunikan gaya berikut gesture tubuh yang menyita perhatian, Butet tampil dengan dua judul puisi masing-masing Golf Untuk Rakyat dan Hai Sapi. Penampilan sosok Butet di Pendopo mengundang celetukan segar dari sana-sini , yang lantas dibalas dengan cekatan, tak pelak semua yang hadir dibuatnya tergelak terpingkal-pingkal. Landung Simatupang tampil menutup Malam Sastra dengan dua judul puisi Melintasi Atlantik dan Impresi Honolululu.
Disela-sela sajian narasi, musisi Royke Koapaha duet dengan asistennya malam itu mempersembahkan empat nomor pendek cantik dalam petikan gitar akustik nan menarik teruntuk Darmanto Yatman yang disambut applaus meriah dari semua yang hadir disitu. Usai pertunjukan Sang Bintang yang tetap duduk diatas kursi rodanya, diusung ke atas Pendopo dan berlangsunglah pengabadian moment tersebut.
“Acara ini menambah semangat Pak Dar untuk lebih cepat sembuh karena ketemu teman-teman lama yang ternyata teman-teman itu dukungannya besar sekali sampai sekarang. Teman-temannya tidak pernah melupakan, baik di rumah maupun dimana saja, itu yg membuat Pak Dar menjadi lebih semangat lagi, saya terharu,” ungkap Sri Muryanti kepada RRI-Jogja, yang setia mendampingi meski apapun kondisi suaminya. "Dulunya (sejak Juni 2007) Pak Dar tidak bisa bercakap-cakap, sekarang sudah mulai berkomunikasi," imbuh Bu Sri. Karena tekanan darah tinggi akibat terlalu lelah, hampir lima tahun Daryanto Yatman terkena serangan stroke sehingga harus duduk di kursi roda jikalau hendak bepergian.
Ditambahkan, “Meski kami menetap di Jl. Menoreh 73 Semarang, tetapi kami punya rumah di Randujayan, Pakem, Kaliurang, Yogyakarta sehingga hampir dua hari dalam sepekan khususnya hari Sabtu dan Minggu, Pak Dar ke Pakem Kaliurang, karena kalau tidak ke Jogja selalu gelisah”. “Saat diberitahu akan adanya acara ini respon Pak Dar sangat senang dan selalu menanyakan kapan event itu berlangsung,” ujar Sri Muryanti (69) lebih lanjut meskipun ketiga anak mereka yang bekerja dan menetap di Jakarta tidak bisa menghadiri acara spesial tersebut.