RRI-Jogja News, Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekar Jagad Yogyakarta, Selasa (28/2), menggelar pameran batik karya almarhumah KRAy Pintoko Purnomo HB IX di Kantor Dinas Kebudayaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Jl. Cendana, Timoho.
Pameran diawali dengan peragaan puluhan kain batik koleksi keluarga almarhumah KRAy Pintoko Purnomo Hamengku Buwono IX berlangsung di pendopo agung Kantor Dinas Kebudayaan yang dibawa oleh ibu-ibu anggota Sekar Jagad di atas karpet merah yang digelar ditengah-tengah pendopo dihadapan kursi para tamu undangan, diantaranya Kepala Dinas Kebudayaan Propinsi DIY GBPH Yudaningrat yang didampingi Ketua Umum Paguyuban Ir. Larasati Suliantoro Sulaiman.
Dalam pada itu, Ibu Suliantoro kepada RRI-Jogja, mengungkapkan rasa kagumnya terhadap batik-batik klasik karya almarhumah BRAy Pintoko Purnomo yang sangat rumit detailnya.
Membatik merupakan salah satu keahlian almarhumah sehingga banyak hasil karya almarhumah yang sampai kini masih disimpan oleh ahli warisnya. Kepala Dinas Kebudayaan Propinsi DIY GBPH Yudaningrat menandaskan, bahwa batik sebagai warisan adiluhung nenek moyang merupakan identitas jatidiri bangsa.
Almarhumah yang lahir pada bulan Februari 1910, di usia 12 tahun mulai menari Bedaya di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan membatik ditekuni sejak tahun 1920 hingga 1989. Sebagai isteri Sri Sultan Hamengku Buwono IX, almarhumah sering membatik motif Parang, terutama untuk dikenakan oleh Sri Sultan.
Selain motif Parang juga ada banyak motif Purnam, ada inisial nama si pembuat pada kain batik. Almarhumah juga membuat motif lainnya seperti Semen, Ceplok dan Nitik serta perpaduan beberapa motif semisal Klithik Ceplok Bintang. Beberapa karya batik klasik karya almarhumah yang dipamerkan yakni Parang Nitik HaBa.
Pada motif tersebut, beragam motif Nitik ada di dalam Kotak Parang. Sebagian besar ragam hias Nitik menggambarkan keindahan bunga dan binatang. Ada sekitar 60 hingga 70 ragam hias Nitik. Pada motif tersebut di sudut kotak terdapat Purnam tertulis inisial H.B.
Kemudian Parang Mangkara. Motif tersebut digunakan untuk Nyamping (kain) dan Udeng (penutup kepala). Motif tersebut merupakan Parang yang dihias Mangkara yaitu stilisasi dari mahkota dan sumping. Berasal dari kata Maya (samar-samar) dan Angkara (nafsu).
Motif yang lain yaitu Rujak Senthe (Lereng). Pada motif Lereng (kemiringan 45 derajat) menggambarkan berbagai motif minimal tujuh motif yang mengandung arti perpaduan antara yang baik dan yang kurang baik untuk diolah, ditelaah, dianalisa sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih baik lagi.
Pada kain dengan motif Parang Ceplok Bintang, tertera Purnam RMT (Retno Mutilah) nama kecil KRAy Pintoko Purnomo. Karya almarhumah yang ber motif Gapit Seling Nitik, dibuat pada tahun 1925 sangat indah dengan detail yang rumit dan nampak Jogja Banget.