Powered RRI-Jogja.Com RRI Jogja Latest News http://rrijogja.co.id Fri, 03 Feb 2012 11:37:56 +0100 FeedCreator 1.7.3 http://rrijogja.co.id/images/M_images/joomla_rss.png Powered by MdHugoL.Com http://rrijogja.co.id RRI Jogja Latest News Kesra Semua Maskapai Jika Delay Bayar Konpensasi http://rrijogja.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1004&Itemid=137 Sumber Foto : google RRI-Jogja News, General Manager Garuda Indonesia Jogjakarta,Moh Ansyori dalam jumpa persnya menyatakan hal itu namun sejak keputusan tersebut di berlakukan awal Januari 2012 ini pihak garuda di Jogjakarta belum pernah melakukan hal tersebut. Diakuinya tidak ada masalah jika hal itu terjadi namun diusahakan tidak akan terjadi keterlambatan penerbangan atau diley jika cuaca cerah. GM Garuda Jogjakarta,Ansyori juga menyatakan saat ini kebijakan atau peraturan tersebut sudah berlaku untuk semua maskapai penerbangan jika terjadi diley atau keterlambatan penerbangan selama 4 jam namun jika diley karena diakibatkan faktor cuaca otomatis tidak diberikan konpensasi karena keselamatan jiwa perlu diutamakan jika cuaca buruk. GM Garuda Jogjakarta Moh,Ansyori lebih jauh menyatakan Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia pada thn 2012 ini akan menambah frekuensi penerbangan ke beberapa kota besar di tanah air. Ditargetkan thn ini bisa mengangkut 650 ribu penumpang naik 100 persen dibanding thn 2011 yang hanya 300 an ribuan penumpang. Kenaikan target ini akan dikejar melalui penambahan frekuensi terbang untuk rute Jogja Jkt dari 9 kali menjadi 10 kali,Jogja - Denpasar 3 kali dan Jogja ke Balikpapan 1 kali per hari. Dalam waktu dekat Garuda membuka rute dari Jogja ke surabaya setiap hari dan saat ini pihak garuda sedang menunggu pesawat barunya dengan kapasitas 100 seat. Garuda juga akan segera membuka rute baru ke wilayah timur Indonesia. Hal itu diungkapkan Sales Manager Garuda Jogja, FLORA IZZA yang mengakui sangat optimis target penumpang garuda thn ini tercapai karena kenaikan target bisnis tak luput dari terus meningkatnya penumpang garuda beberapa thn terakhir ini. Wed, 01 Feb 2012 08:30:03 +0100 Dragbiker Jogja kuasai Dragbike Cirebon http://rrijogja.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1003&Itemid=121 Dragbiker Yogyakarta Taufik Ompong menjadi raja jalanan di Lomba Dragbike Cirebon, Jawa Barat. Ernal Rosa melaporkan. Wed, 01 Feb 2012 00:44:01 +0100 Musisi Jerman Pentas di Concert Hall TBY http://rrijogja.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=998&Itemid=143 RRI-Jogja News, Malam itu (Sabtu, 28/1), ratusan pengunjung yang didominasi anak-anak muda dan bule-bule yang ada di Jogja menggetarkan Gedung Konser Taman Budaya Yogyakarta dengan goyangan dan gerakan yang nampak seragam mengikuti irama Reggae yang menghentak mengalun nyaman dinikmati. Tak ayal seluruh pengunjung yang duduk dikursipun ikut mengangguk-angukkan kepala ataupun sekedar menggerak-gerakkan kaki mengikuti suasana, tatkala Ras Muhamad yang berkolaborasi dengan Uwe Kaa and One Drop Band dari Jerman tampil di panggung. Uwe Kaa adalah seorang penyanyi asal Jerman yang sudah mulai bernyanyi sejak pertengahan 1990-an. Diawali dengan menyanyi Rap, Kaa lalu berkembang menjadi seorang penginterpretasi musik Reggae. Oleh karena berasal dari Jerman, Kaa tetap mempertahankan Bahasa Jerman sebagai lirik pada musiknya. Baginya, musik adalah alat komunikasi universal, yang tidak tergantung batasan bahasa. Hubungan Indonesia-Jerman semakin terbuka. Festival musik Reggae internasional terbesar ada di Jerman dimana setiap tahunnya digelar festival Reggae sebanyak enam hingga tujuh kali, dan setiap festival berlangsung selama tiga hari serta mampu menarik puluhan ribu pengunjung. Kelompok Reggae di Indonesia terbanyak jumlahnya di ASEAN, tercatat ada dua ratusan grup musik Reggae terdaftar dalam Indonesia Reggae Society. Goethe Institut Jakarta berinisiasi menggelar Jerman-Indonesia Reggae Tour 2012 bersama UweKaa and One Drop Band, musisi dari Munich, Jerman dan Raja Reggae Indonesia, Ras Muhamad, berlangsung di empat kota besar di Tanah Air yakni di Jakarta di Rolling Stone Cafe (26/1), Yogyakarta di Taman Budaya (28/1), Surabaya di CCCL (31/1)dan Manado di Haha Mega Hall (3/2). Tour Reggae tersebut sebagai wujud diplomasi budaya dengan menggabungkan musisi Jerman dengan musisi Indonesia. “Jogja sangat mantab, antusisme masyarakat disini sangat tinggi.,” ungkap Ras Muhamad saat dijumpai RRI-Jogja di ruang rias usai menyanyikan lagu-lagu karyanya sendiri. Ras Muhamad Sejak bermukim di New York tahun 2003, memperoleh kesempatan belajar dari musisi Reggae Jamaika yang tinggal di Brooklyn, New York, lewat piringan hitam atau dubplates (vinyl) di Perusahaan Brooklyn Sound Systems. Masa-masa tersebut sangat mempengaruhi pengembangan kemampuan gaya Ras Muhamad dalam menyanyi atau nge-Deejay (sebutan nge-Rap dalam bahasa slank Jamaika). Pembelajaran tersebut menghasilkan karya-karyanya yang mencampurkan warna Tribal Riddims dari Dancehall Reggae, nafas tradisional Reggae musik serta pesan-pesan spiritualnya Ras Tafari, selanjutnya Ras menyebarluaskan jaringan dengan komunitas Reggae Eropa melalui jejaring sosial, twitter maupun facebook. Untuk persiapan pentas di empat kota tersebut, Ras Muhamad melakukan latihan bersama hanya sehari saja adapun selebihnya merupakan improvisasi. Baginya musik Reggae sangat positif karena dituntut penuh konsentrasi dan fisik yang prima sehingga sangat positif. Dalam pentas di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, Sabtu Malam (28/1) Ras Muhamad yang ter-influence musisi-musisi Reggae dunia seperti, Garnett Silk, Burning Spear, Abysinians, Sizzla, Ras Michael, Jacob Miller, Augustus Pablo, King Tubby, KRS-One, Wu Tang, NAS, Black dan Uhuru, menampilkan lima nomor karyanya sendiri diantaranya, Berjaya, Musik Reggae Ini, Crisis, dan A Letter To Mama. Ras Muhamad yang pernah Kuliah di New York, sering bersua dengan imigran dari Karibia, Jamaika, dan afrika kemudian nongkrong bareng sambil bermusik Reggae sehingga baginya Reggae sudah begitu mendarah-daging. Saat tampil di TBY, musisi kelahiran Jakarta tersebut membiarkan rambut gimbalnya sejak 13 tahun silam tergerai. Album pertamanya berjudul Reggae Ambassador (2005), album kedua berjudul Next Chapter (2008), dan album terbarunya berjudul Berjaya (2011). Komentarnya bermain bareng One Drop Band yang diawaki Kassy yang bermain di keyboard, Marcus pada keyboard kedua, Imanuel basis, gitar Stefan, Marcel pada drum, dirinya merasa termotivasi bisa manggung bareng musisi legendaris tersebut mengingat mereka pernah tampil dengan musisi Reggae kelas dunia dari Jamaika. Sementara itu Dominique Klawonn selaku penyelenggara tour dari Goethe Institute Jakarta kepada RRI-Jogja menceritakan rasa senangnya saat dirinya bertindak sebagai penerima tamu berdiri di depan pintu masuk gedung, dirinya dibuat kelelahan karena pengunjung yang datang mengalir terus tanpa henti meski tidak ada antrian. Kepada wartawan usai pentas yang sukses, Dominique merencanakan dalam waktu dekat akan mengundang musisi Jogja untuk pentas di Jerman. Sun, 29 Jan 2012 00:10:43 +0100 Bincang Sastra Di Taman Budaya Yogyakarta http://rrijogja.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=997&Itemid=135 RRI-Jogja News, Daru Maheldaswara sebagai salah satu sosok yang dituakan di Sanggar 141 Tangerang Sabtu Malam (28/1) meluncurkan buku antologi puisi berjudul Tidak Ada Apa-Apa Kalau Tak Ada Apa-Apa, berisi 144 puisi karya 26 anggota Sanggar tersebut, berlangsung di Ruang Seminar Taman Budaya Yogyakarta. Kepada RRI-Jogja, Daru menjelaskan, “Antologi ini bermula dari kekangenan teman-teman untuk berproses sastra setelah 25 tahun tanpa kegiatan, kemudian sepakat untuk membukukannya.” “Makna dari judul buku antologi puisi tersebut adalah bahwa kelahiran dari buku puisi ini ada apa-apanya, ada sesuatu yang ingin kami sampaikan kepada masyarakat setelah sekian lama vakum, kebetulan salah satu anggota sanggar bernama Novanka memiliki percetakan dan menawarkan bantuan untuk mencetaknya,” imbuhnya. Menurutnya masih banyak daerah yang miskin dengan referensi karya sastra termasuk Tangerang. Kalaupun ingin membeli sangat mahal harganya dan pemasaran buku antologi puisi tersebut sebagai awal nya dipilih Tangerang, dengan cetak awal dibulan Agustus 2011 sebanyak seribu eksemplar, ternyata laku keras dipasaran dan sisanya 50 buku dibawa ke Jogja, bersamaan dengan adanya penawaran mengisi Malam Sastra yang diselenggarakan oleh Studio Pertunjukan Sastra (SPS) Universitas Negeri Yogyakarta. Saat dimintai pendapat tentang perkembangan dunia sastra di Yogyakarta, Daru Maheldaswara mengungkapkan rasa gembiranya, “Perkembangan sastra di Jogja luarbiasa, paling tidak ada beberapa lokasi pergelaran sastra yang secara rutin dilakukan, disamping SPS, ada Pembacaan Puisi Bulan Purnama di Tembi Rumah Budaya Sewon, Bantul, kemudian ada malam sastra di Rumah Puisi Kampung Halaman yang dimotori oleh Bustan Basir Umaran, juga ada acara Mari Membaca Puisi pimpinan Hamdi Salad, selanjutnya Malam Sastranya Sitok Srengenge yang dua bulan sekali, sementara di Tangerang masih sangat kurang meskipun penulis sastra disana cukup banyak.” “Bagi saya hanya dunia seni termasuk sastra, yang mampu menyatukan bangsa Indonesia, karena dengan sastra atau seni kita melupakan latar belakang apapun, di sastra, di seni itu tidak mengenal orang kaya, miskin. Mereka akan menyatu secara harmoni, tidak ada ideologi karena mereka hanya berkarya, berkarya inilah diperlukan perhatian supaya lebih bisa berkembang dimasa depan,” ungkap Daru yang manakala berada di Jogja bermukin di rumahnya yang berada di Perumahan Kasongan Permai, Bantul. Buku antologi puisi karya para sastrawan Tangerang berjudul Tidak Ada Apa-Apa Kalau Tak Ada Apa-Apa setebal 164 halaman tersebut dijual seharga 40-ribu rupiah pada acara Bincang-Bincang Sastra Edisi Ke-76 bersama Hamdy Salad dalam pertunjukan sastra berupa Baca Puisi, Musikalisasi Puisi dan Dramatisasi Puisi, menampilkan Sanggar Satoeempatsatoe, Daru Maheldaswara, Age Taufiq, Hasan Buche, Zul Fahmi, Daradjatul Ula serta Villy J. Roesta. Sat, 28 Jan 2012 21:57:08 +0100 Pameran Foto Situs Purbakala http://rrijogja.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=995&Itemid=135 RRI-Jogja News, Sejumlah foto tentang artefak, candi-candi, arca, prasasti dan situs-situs peninggalan sejarah di Nusantara yang diabadikan oleh anggota komunitas penggemar jalan-jalan bernama Bol Brutu digelar dalam Pameran Fotografi bertajuk “How Brutu Are You ?” berlangsung di galeri senirupa Sangkring Art Project yang berlokasi di Dusun Nitiprayan, Kasihan, Bantul, hingga akhir bulan ini. Dalam pameran tersebut, komunitas Bol Brutu menampilkan situs-situs Hindu-Budha pada abad pertengahan, sebagian besar di Jawa, dan beberapa di Sumatera dan Kalimantan yang kurang dikenal dan belum mendapat perhatian. Menurut Koordinator Pameran Hairus Salim, sifat pameran ini terutama bukanlah artistik, namun lebih pada keinginan mengabarkan bahwa di suatu tempat, terdapat sebuah atau lebih candi, yang menyimpan ribuan cerita kehidupan masa lalu bangsa Indonesia. Bol Brutu sendiri sebagai komunitas yang menggemari aktivitas blusukan atau menelusuri situs-situs purbakala, candi-candi, makam-makam kuno, masjid-masjid tua, bangunan-bangunan kolonial, mengabadikannya untuk kemudian ditampilkan melalui jejaring social facebook, dilanjutkan dengan obrolan, diskusi sehingga muncul ide untuk menampilkan karya-karya mereka dalam suatu pameran. Komunitas Bol Brutu kini memiliki 250 anggota tersebar di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Magelang, Solo, Semarang, Kudus, Mojokerto, Malang, Surabaya, Lumajang, Blitar, Denpasar, Sumatera hingga ke beberapa negara seperti Jepang, Jerman dan Amerika. Fri, 27 Jan 2012 11:11:13 +0100 Dosen FTP UGM Kembangkan Modifikasi Alat Cetak Rengginang http://rrijogja.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=994&Itemid=116 RRI, Jogja News, Rasanya gurih dan renyah. Jika anda penyuka camilan pasti tidak asing dengan rengginang. Makanan dari beras ketan ini disuka pasti karena citarasanya. Tapi siapa sangka proses pembuatan rengginang butuh ketelatenan dan keterampilan tinggi." Selama ini proses pencetakan rengginang masih dilakukan secara manual, tanpa menggunakan alat cetak khusus. Membuat produksinya rendah." Demikian kata Ir. Priyanto Triwitono, MP. , dosen jurusan Teknologi Hasil Pertanian FTP UGM yang berhasil membuat alat pencetak rengginang. Menurut Priyanto , ide untuk membuat alat cetak rengginang berawal saat karena keluh kesah UKM pembuat rengginang yang merasa kesulitan dalam proses cetak rengginan dengan cara manual. “Pesanan mengalir dari berbagai daerah, tetapi mereka tidak bisa memenuhi semua pesanan karena persoalan cetak rengginang yang tidak bisa dilakukan dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak,” jelas Priyanto Alat pencetak rengginang yang dikembangkan Prayitno ini mampu menghasilkan renggianan dengan cepat dan hasil yang jauh lebih banyak. Dalam setiap menit satu pekerja mampu menghasilkan 4-5 buah rengginang atau sekitar 240-300 rengginang tiap jamnya. Sementara itu dengan cara manual setiap pekerja dalam satu menit hanya bisa menghasilkan 2 rengginang atau 120 renggiang per jam. “Kapasitas cetak minimal 50 kg setiap harinya. Dengan alat ini dari 1 kilogram bahan, beras ketan kukus, bisa dihasilkan sekitar 110-120 buah renggianang,”tuturnya. Prayitno mengungkapkan, alat yang dikembangkannya tergolong praktis dan bisa dioperasikan oleh siapa saja, termasuk pekerja pemula atau yang belum ahli. Berbeda pada proses cetak secara manual yang tidak bisa dilakukan oleh setiap pekerja karena membutuhkan keahlian dan keterampilan tinggi." Alat ini mampu mencetak rengginang dengan spesifikasi ukuran maupun tekstrur yang sama. ”Dengan alat cetak ini tekanan yang dihasilkan akan sama sehingga rengginang lebih kompak tidak mudah hancur serta lebih rapi bentuknya,”urainya. Selain mudah penggunaannya, alat ini juga mampu menghemat biaya produksi karena dioperasikan tanpa listrik ataupun bahan bakar. Prayitno menjelaskan, prinsip kerja alat cetak rengginang yang ia kembangkan mengadopsi dari cara kerja penutup botol terdiri dari body/ kerangka yang terbuat dari besi cor, tiang dari besi as, kayu penekan, handle untuk menekan renggianang yang dicetak, meja dudukan alat, papan kayu pencetak berisi potongan pralon. Alat ini telah digunakan oleh sejumlah UKM salah satunya adalah UKM Rengginang Lestari, di Tempel, Sleman yang telah memakai sejak 2004 lalu. Fri, 27 Jan 2012 04:39:28 +0100 Temuan UGM Untuk Rengginang http://rrijogja.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=993&Itemid=116 Rengginang memang jajanan yang nikmat, tetapi membuatnya perlu ketelatenan. Untuk mempermudah produksi UGM membuatkan sebuah perangkat teknologi khusus rengginang. Reporter Fetika Andriyani melaporkan. Fri, 27 Jan 2012 04:35:55 +0100 Cuaca Panas Jogja http://rrijogja.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=992&Itemid=118 Kota Yogyakarta dalam 2 hari ini mengalami cuaca panas yang mengganggu warganya. Apa penyebab peningkatkan suhu kota, Dilaporkan reporter Yustina Wigati. Fri, 27 Jan 2012 04:11:11 +0100 Jogjagoesgreen http://rrijogja.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=991&Itemid=116 RRI-Jogja News, Untuk memperbaiki kondisi lahan lereng Merapi, sebagaimana telah dicanangkan oleh Bupati Sleman pada awal tahun 2012 dalam Program Rehabilitasi Lereng Merapi, PT. HM Sampoerna Tbk. bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Sleman, Dinas Kehutanan Kabupaten Sleman, dan BOSHE VVIP Club Yogyakarta melakukan penanaman 5.000 pohon di kawasan Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Data dari Taman Nasional Gunung Merapi menyebutkan akibat erupsi tahun 2010, kerusakan hutan di sekitar Merapi mencapai 2.818 hektare atau 43 persen dari total luas hutan taman nasional, yaitu sebesar 6.410 hektare. Kerusakan hutan terparah terjadi di wilayah Kabupaten Sleman, mencapai 1.128 hektare, terutama di wilayah Kecamatan Cangkringan yang merupakan wilayah terdekat dengan Gunung Merapi. Menurut Manager Contributions & CSR PT HM Sampoerna Tbk., Taruli Asima Aritonang, “Kami juga turut membantu masyarakat Sleman ketika Gunung Merapi meletus, dan kami sangat senang dapat kembali membantu melakukan pembangunan desa melalui program penanaman pohon ini. Pelestarian lingkungan merupakan salah satu bidang fokus kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) kami, dan kami merasa bangga dapat turut mendukung kegiatan penanaman pohon yang dicanangkan Bapak Bupati untuk membantu menyukseskan program penanaman satu miliar pohon.” Sampoerna menyumbangkan bibit pohon Sengon dan Jeruk, karena keduanya tidak saja berfungsi untuk rehabilitasi hutan, tetapi juga memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan bermanfaat bagi warga sekitar. Kegiatan penanaman pohon ini melibatkan 300 orang yang terdiri dari masyarakat setempat, komunitas Pasag Merapi, karyawan yang tergabung dalam Sampoerna Volunteers Club (SVC) dan Sampoerna Retail Community (SRC) di area Yogyakarta. Kepala Dinas Perikanan dan Kehutanan Sleman, Ir. S. Riyadi Martoyo dalam sambutannya menyampaikan agar kegiatan penanaman pohon seperti ini dapat diteruskan dan dijaga kelanjutannya. Melalui program ini diharapkan dapat membangkitkan kembali semangat masyarakat paska terjadinya erupsi. Tidak hanya sekedar menanam, namun ada keterlibatan lebih jauh dari masyarakat setempat dalam memeliharanya sehingga timbul keterikatan. “Program rehabilitasi yang dilaksanakan oleh Sampoerna ini sudah disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan masyarakat setempat, dibantu dengan departemen kehutanan dalam mengatur kembali penataannya dengan harapan untuk kedepannya dapat dijadikan sebagai tempat tujuan wisata, tidak hanya penghijauan tapi hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat sekitarnya,” tambah Riyadi Martoyo. Kegiatan penanaman pohon ini merupakan penerapan konsep pengelolaan rehabilitasi hutan secara kolaboratif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Program penanaman pohon ini diharapkan dapat mendorong inisiatif masyarakat sekitar untuk turut berperan aktif dalam pelestarian dan rehabilitasi hutan sekitar lingkungan mereka. Sampoerna juga turut memberikan kontribusi kepada masyarakat di sekitar lereng Gunung Merapi dalam bencana erupsi tahun 2010 lalu, yakni bantuan kemanusiaan berupa evakuasi warga, pendirian dapur umum kepada 13,310 warga dan pemeriksaan kesehatan oleh Sampoerna Rescue kepada 1,564 warga, saat Gunung Merapi selama 22 hari, di beberapa lokasi, seperti Sleman, Yogyakarta, Magelang, Klaten, dan Boyolali, serta bantuan sosial dari karyawan Sampoerna Volunteers Club (SVC) kepada warga anggota komunitas Pasag Merapi berupa ternak 5 sapi dan 25 kambing. Fri, 27 Jan 2012 03:33:03 +0100 Grup Musik Jogja Something Wrong Membuat Video Klip http://rrijogja.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=988&Itemid=115 RRI-Jogja News, Dalam kurun waktu 15 tahun merupakan pembuktian konsistensi grup musik hardcore Yogyakarta Something Wrong yang terdiri dari Kucing (lead vocal dan additional lead gitar), Hendi (rhythm guitar, backing vocal), Trek (lead gitar, backing vocal), Sutik (bass gitar, backing vocal) dan Seno (drum) dengan membuat video klip untuk single-nya berjudul Matamu Sempal. Lagu tersebut diambil dari album ke-tiga berbahasa Jawa berjudul NESU (Negoro Edan Sengsoro Uripe), suatu lirik lagu yang bercerita tentang amarah karena pengkhianatan dan pencemaran nama baik yang dilakukan oleh seseorang yang dianggap sebagai saudara sendiri. Bahasa yang kasar berupa makian keseharian memang nampak vulgar tetapi maksud dari bahasa yang kasar dan sarkastik tersebut adalah jawaban sederhana dari sebuah komunikasi dalam kehidupan nyata. Umpatan dalam bahasa Jawa bagi kalangan anak muda terdegar akrab dan lirik bahasa Jawa menjadi eksotis ditelinga komunitas luar Jogja, sehingga semakin membuat Something Wrong sarat dengan karakter lokal. Album Nesu berisi 12 lagu dan tambahan intro dan outro di awal dan akhir album dengan 10 lagu baru dan dua lagu lama yang diambil dari album pertama dan kedua. Bagian intro dan outro album ini berisi tembang Pangkur Ngrinasmara ciptaan Sunan Kalijaga yang ditembangkan oleh Titik Suryati. “Pangkur Ngrinasmara ini tembang Jawa yang berisi petunjuk, petuah, nasehat untuk menjalani kehidupan di dunia ini,” jelas Sutik. Adapun 10 lagu baru itu diantaranya, Satpol Keple, Ra Urusan, Akeh Tunggale dan Sakarepmu. Beberapa lagu dalam album ketiga ini berkolaborasi dengan musisi Yogyakarta seperti Heru aka Papati dari Shaggydog/Dubyouth, Raymond juga dari Shaggydog, Pandu dari Brutal Corpse serta Yowie. Album pertamanya berjudul Demo 99 di tahun 2000 dilanjutkan album kedua Get off My Back pada Maret 2003. ‘Tujuan dari pembuatan video klip ini adalah menghasilkan karya seni visual yang dapat menjadi sebuah karya yang bermakna sekaligus mempunyai kritik sosial yang lugas dengan membawa seni tradisi wayang, khususnya bentuk performance-nya yang menyuguhkan tehnik bayangan yang dilihat dari sudut pandang berbeda,’ ujar Sutik kepada wartawan. Pengambilan gambar berlangsung Minggu (22/1) di Gudang UD Lam Jaya, Jl. Kasongan Raya, Sekar Petak RT 01, Dusun Gedongan, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Tue, 24 Jan 2012 17:55:23 +0100 Jogja Pusat Animasi Indonesia 2012 http://rrijogja.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=987&Itemid=135 RRI-Jogja News, Jogjanimations, suatu komunitas Animasi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, Sabtu (21/1) menggelar acara rutin Jogja Animations Gallery di Ruang Seminar Taman Budaya Yogyakarta (TBY) episode ke 18 diikuti ratusan pelajar, mahasiswa, remaja dan masyarakat umum penggemar animasi. Dalam episode tersebut hadir tokoh animasi nasional Firman Widyasmara yang telah memperoleh Penghargaan Khusus pada Festival Film Indonesia 2011 dan pemenang beberapa lomba Animasi Nasional, dengan membagi pengalaman dibidang Animasi Stopmotion, suatu teknik animasi, kepada pemerhati animasi yang hadir di TBY. Selain Firman juga hadir para animator dari Studio Kasatmata, Studio UrakUrek, serta dari Akademi Seni Rupa dan Desain MSD, ketiga institusi tersebut dari Yogyakarta. Direktur Pelaksana Jogjanimations Hanitianto Joedo, SH, kepada RRI-Jogja menjelaskan, “Di Jogja itu ada 20 studio animasi dan ada 10 sekolah animasi dengan anggota 1700 orang, dan dalam pertemuan rutin kali ini yang sedianya dilangsungkan Sabtu akhir bulan yakni 28 Januari, namun kami ajukan sepekan berhubung pada tanggal tersebut ruangan ini sudah di pesan untuk acara lain." Jogjanimations yang dibentuk pada 14 Juli 2010 bertujuan untuk membangun apresiasi masyarakat terhadap animasi dengan mempertontonkan animasi agar dikenal secara lebih luas. Adapun lokasi pertemuan rutin di Ruang Seminar TBY sejak 18 bulan lalu dg nama Jogja Animations Gallery. Jogja Animations Gallery sebagai wadah menampilkan karya-karya anggota komunitas dimana mereka bisa mempresentasikan, mengenalkan prosesnya, membeberkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi, dan ini menjadi kegiatan rutin setiap sebulan sekali Disetiap Sabtu, minggu terakhir, mulai jam 14 s.d. jam 18 WIB. Lebih lanjut Joedo mengatakan, "Acara yg dibahas selalu berganti-ganti, semisal penjelasan tentang sekolah-sekolah animasi di luar negeri, sehingga para pelajar bertambah wawasan untuk meneruskan studi mereka kelak. Ada juga acara Tour Animasi ke sekolah-sekolah." Bagi anggota pemula belajar animasinya selama enam bulan di Joedo Center dengan e-mail, [email protected] (mailto:[email protected]) , berlokasi di Griya Pakem Hijau G-24 Sidoarum, Godean, Sleman, Kilometer 7,5 ke arah Godean, dengan menggambar karakter dan hal-hal yang berhubungan dengan animasi, animation for all, siapapun bisa terlibat didalam animasi. Hanitianto Joedo yang sukses dengan film kartun Panji Koming, menekuni dunia animasi sejak tahun 2000 atas dukungan Kepala Dinas Pariwisata Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Tazbir, pada tanggal 28 Oktober mendatang akan memproklamasikan Jogjakarta Pusat Animasi Indonesia 2012, bertepatan dengan Hari Animasi Internasional, dimana untuk pertamakalinya film animasi diproduksi. Dalam kaitan dengan hal itu telah ditetapkan tokoh animasi berkarakter Jogja yakni, Kang Jo dan Yu Sri, berkostum khas Jogja dengan guyon parikeno khas Jogja atau Plesetan-nya dan akan ditayangkan di YouTube selama tiga menit-an. Salah seorang Pengajar Animasi, Sutanto Prabowo dari SMK Dominikus Wonosari kepada RRI-Jogja mengungkapkan, “Disekolah kami ada tiga mata pelajaran pokok yang harus mereka kuasai yaitu, Pengantar Animasi, materi seluk-beluk, sejarah, konsep-konsep animasi, kemudian Animasi Dasar, yaitu tentang teknik-teknik pembuatan animasi menggunakan komputer, dilanjutkan praktik membuat animasi dengan komputer, mengambar teknik dasar sebagai skill dasar yang harus dikuasai animator, mereka harus bisa menggambar untuk dituangkan di computer.” “Di sekolah kami baru ada dua angkatan, Kelas 11 jurusan animasi dengan jumlah 32 siswa untuk angkatan pertama dan 22 siswa untuk angkatan kedua, dilengkapi 36 unit perangkat komputer dalam satu laboratorium,” imbuh Prabowo. Sementara itu, salah satu pelajar yang mengikuti acara Jogja Animations Gallery di TBY adalah Agus Hartanta (17 tahun) siswa SMK Dominikus Wonosari, “Animasi sekarang kan belum begitu dikenal secara mendalam, padahal animasi itu luas, kebetulan saya suka menggambar, maka saya memilih studi animasi, adapun mimpi saya yaitu ingin menjadi seorang animator, membuat animasi seperti yang di tivi, sejauh ini baru membuat model dengan program 3D Max dan makro media,” jawabnya singkat saat ditanya RRI-Jogja perihal ketertarikannya dengan animasi. Acara rutin sebulan sekali Jogja Animations Gallery di Taman Budaya Yogyakarta tersebut digelar terbuka untuk publik secara cuma-cuma. Tue, 24 Jan 2012 16:56:58 +0100 Foto Jogja "Tempo Doeloe" Di Bentara Budaya Yogyakarta http://rrijogja.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=986&Itemid=115 RRI-Jogja News, Puluhan foto tentang Yogyakarta Tempo Doeloe digelar dalam Pameran Fotografi bertajuk Dokumentasi Ngayogyakarta, di Bentara Budaya Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Suroto No. 2 Kotabaru hingga 28 Januari 2012. Foto-foto yang dipamerkan tersebut dibuat oleh dua fotografer pribumi yakni Kassian Chepas dan Talisso Adam antara tahun 1890-an hingga 1940-an, dan diantara foto-foto lama tersebut yang menjadi primadona adalah foto Plengkung Djagabaja atau Plengkung Tamansari yang kini sudah tidak ada lagi karena sudah berubah bentuk menjadi Gapura Tamansari seperti yang bisa kita lihat sekarang. Hancurnya Pintu Gerbang tersebut tatkala terjadi penyerbuan oleh Pasukan Inggris dibawah pimpinan Kolonel Galespey ke Kraton Yogyakarta di tahun 1811. Akibat serangan itu Tiga Pintu Gerbang memasuki Kraton Yogyakarta dihancurkan pihak penyerbu, termasuk Plengkung Madyasura di sebelah Timur. Kini tersisa dua Plengkung saja, yakni Plengkung Tarunasura atau Plengkung Wijilan dan Plengkung Nirbaya atau Plengkung Gading disebelah Selatan Kraton. Dalam pameran di BBY tersebut juga terdapat foto Beringin Kurung di Alun-Alun Utara Yogyakarta yang berpagar kayu dengan empat tembok disetiap sudutnya, nampak lebih ramah dibandingkan dengan pagar yang ada saat ini yang kesemuanya terbuat dari tembok. Ada juga foto menarik dibuat tahun 1920 tentang Candi Borobudur yang masih memiliki Payung Bersusun Tiga atau Catra di puncak Stupa Besarnya atau di bagian Arupadatu. Dari foto yang dipamerkan, kita menjadi tahu bentuk semula, ternyata ada Catra dipuncak Candi Borobudur tersebut, meski tidak ada penjelasan mengapa Catra tersebut kini ditiadakan. Kemudian ada foto kondisi Candi Lorojonggrang Prambanan yang hancur berantakan, belum direstorasi. Melalui foto yang ada, bisa dibayangkan betapa hebatnya kerja keras para arkeolog dan para pekerja membangun kembali dengan mencocokkan ribuan batu yang tersebar bahkan banyak yang hilang, untuk menjadi susunan Candi seperti yang sekarang bisa kita saksikan. “Ide diselenggarakannya pameran foto Dokumentasi Ngayogyakarta ini berawal dari sebuah souvenir album foto berjudul Souvenir Album Midden Java terbitan N.V. vhn H. Buning Djocjakarta berisi gambar-gambar masa lalu,” ungkap Hermanu, Penanggungjawab BBY kepada RRI-Jogja. Dikatakan, “ foto-foto yang ada di album tesebut dibagi dua yang pertama mengambil obyek bangunan kuno seperti Candi-Candi, Kraton Yogyakarta dan lingkungannya, kemudian yang kedua berupa foto studio yang mengambil obyek penari, pemijat, dan Perajin Tembaga.” “Ada yang menarik, yaitu beberapa foto mengabadikan bangunan-bangunan yang sekarang sudah berubah bahkan sudah tidak ada lagi sehingga kita dapat mengetahui keadaan semula lokasi tersebut melalui foto-foto itu,” imbuh Hermanu. Tue, 24 Jan 2012 16:18:34 +0100 Malam Sastra "Darmanto Yatman" Di Tembi Bantul http://rrijogja.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=985&Itemid=115 RRI-Jogja News, Enam penyair kawakan masing-masing, Genthong HAS, Landung Simatupang, Butet Kartaredjasa, Whanny Darmawan, Naomi Srikandi dan Gunawan Maryanto, Sabtu malam di Tembi Rumah Budaya Sewon Bantul, secara bergantian memeriahkan Malam Puisi yang didedikasikan khusus untuk Darmanto Yatman (70 tahun), penyair senior yang kini terserang stroke dan menikmati persembahan untuknya itu dari atas kursi roda. “Saya terkejut setelah lama tidak berjumpa dengan Mas Darmanto, dan ketika saya berkunjung ke rumahnya di Semarang saya dapati kondisi nya sudah seperti itu,” ungkap Genthong HAS kepada RRI-Jogja menjelang berlangsungnya Malam Pembacaan Puisi di Tembi tersebut Sabtu (21/1). Seketika melalui jejaring social dan SMS Genthong HAS menghubungi para penyair untuk berbuat sesuatu yang nyata teruntuk sahabat mereka yang saat ini tidak bisa lagi tampil membacakan puisi. Gayungpun bersambut secara spontan dan seketika beberapa penyair menyatakan kesediaan mereka dan pihak Tembi Rumah Budaya pun menyiapkan tempat berikut ubarampe –nya dan terlaksanalah acara tersebut. Malam itu, ratusan pemerhati sastra hadir memenuhi Pendopo tempat dilangsungkannya Pembacaan Puisi bahkan halaman Rumah Budaya tersebut juga dipenuhi pengunjung yang dengan sukarela harus berdiri karena tempat duduk sudah terpenuhi semuanya, termasuk karpet dibagian depan yang disediakan untuk mereka yang memilih duduk lesehan. Diantara yang hadir nampak Profesor Bakdi Sumanto yang didampingi N. Nuranto (Pengelola Tembi) dan Suwarno Wisetrotomo (kurator dan pengamat seni). Dalam Malam Sastra Tembi Bersama Darmanto Yatman, Genthong HAS tampil membuka acara dengan membacakan dua judul puisi karya Darmanto Yatman yakni, Sekarang Bahwa Aku Merasa Tua dan The 27th Crisis. Dilanjutkan oleh Gunawan Maryanto dengan judul Pidato Lurah Karangdempel. Naomi Srikandi dengan gaya khasnya tampil membacakan puisi berjudul Teori Probability Tukini, sedangkan Whanny Darmawan yang malam itu juga mengenalkan novelnya membawakan tiga judul puisi karya Darmanto Yatman yaitu Rumah, Istri ,dan Anak. Meski malam semakin larut namun kehadiran Butet Kartaredjasa yang dikenal sebagai tokoh monolog membuat suasana semakin bergairah dengan keunikan gaya berikut gesture tubuh yang menyita perhatian, Butet tampil dengan dua judul puisi masing-masing Golf Untuk Rakyat dan Hai Sapi. Penampilan sosok Butet di Pendopo mengundang celetukan segar dari sana-sini , yang lantas dibalas dengan cekatan, tak pelak semua yang hadir dibuatnya tergelak terpingkal-pingkal. Landung Simatupang tampil menutup Malam Sastra dengan dua judul puisi Melintasi Atlantik dan Impresi Honolululu. Disela-sela sajian narasi, musisi Royke Koapaha duet dengan asistennya malam itu mempersembahkan empat nomor pendek cantik dalam petikan gitar akustik nan menarik teruntuk Darmanto Yatman yang disambut applaus meriah dari semua yang hadir disitu. Usai pertunjukan Sang Bintang yang tetap duduk diatas kursi rodanya, diusung ke atas Pendopo dan berlangsunglah pengabadian moment tersebut. “Acara ini menambah semangat Pak Dar untuk lebih cepat sembuh karena ketemu teman-teman lama yang ternyata teman-teman itu dukungannya besar sekali sampai sekarang. Teman-temannya tidak pernah melupakan, baik di rumah maupun dimana saja, itu yg membuat Pak Dar menjadi lebih semangat lagi, saya terharu,” ungkap Sri Muryanti kepada RRI-Jogja, yang setia mendampingi meski apapun kondisi suaminya. "Dulunya (sejak Juni 2007) Pak Dar tidak bisa bercakap-cakap, sekarang sudah mulai berkomunikasi," imbuh Bu Sri. Karena tekanan darah tinggi akibat terlalu lelah, hampir lima tahun Daryanto Yatman terkena serangan stroke sehingga harus duduk di kursi roda jikalau hendak bepergian. Ditambahkan, “Meski kami menetap di Jl. Menoreh 73 Semarang, tetapi kami punya rumah di Randujayan, Pakem, Kaliurang, Yogyakarta sehingga hampir dua hari dalam sepekan khususnya hari Sabtu dan Minggu, Pak Dar ke Pakem Kaliurang, karena kalau tidak ke Jogja selalu gelisah”. “Saat diberitahu akan adanya acara ini respon Pak Dar sangat senang dan selalu menanyakan kapan event itu berlangsung,” ujar Sri Muryanti (69) lebih lanjut meskipun ketiga anak mereka yang bekerja dan menetap di Jakarta tidak bisa menghadiri acara spesial tersebut. Sun, 22 Jan 2012 11:36:05 +0100 Pameran Lukisan Guntur Sanggalangit Di Tembi Bantul http://rrijogja.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=984&Itemid=115 RRI-Jogja News, Guntur Sanggalangit, seniman serba bisa dari Kampung Nagan Lor, Yogyakarta, kini menggelar 15 karya lukisannya dalam Pameran Tungal bertajuk Panggung Kethoprak, bertempat di Rumah Budaya Tembi, Sewon, Bantul, hingga 26 Januari 2012. Hampir seluruh karya yang dipamerkan menggambarkan hiruk-pikuk dinamika kehidupan manusia dalam warna-warna cemerlang sehingga menarik perhatian. “Tema pameran saya ini mengambil judul Panggung Kethoprak karena kethoprak itu pernah ada dihati masyarakat, tetapi sekarang ini sudah semakin dijauhi masyarakat, lalu kethoprak sekarang bermanifestasi di panggung-panggung politik, jadi saya lihat pejabat-pejabat cuma main kethoprak aja, didepan publik kelihatannya berantem tapi dibelakang mereka ketawa-ketawa,” kilah Guntur kepada RRI-Jogja. Dikatakan, “Selain di panggung kethoprak saya punya inspirasi bahwa kehidupan ini sama dengan panggung, jadi kita ini pemain-pemainnya, setelah kita sadar bahwa kita ini pemain-pemain dalam kehidupan, tinggal kita pilih mau jadi pemain yang apa saja terserah aja.” “Dalam gelaran kethoprak itu ada orang sedih, orang susah, orang kaya, orang miskin, dengan melihat pertunjukan di panggung dan kita tarik dalam kehidupan sehari-hari seandainya pas pada posisi terbawah itu terus bagaimana, kalau kita sadar bahwa di panggung itu ada sutradara, dalam panggung kehidupanpun ada sutradaranya yaitu Sing Gawe Urip (Tuhan Yang Maha Kuasa) dimana kalau sudah dihadapanNya kita tidak bisa berbuat apa-apa, kalau memang ditugasi menjadi orang yang hidupnya susah ya diterima saja, intinya itu begitu,” imbuhnya. Untuk lukisannya berjudul Yin Yang, Guntur kepada RRI-Jogja menjelaskan, “Ini merupakan suatu keseimbangan, yaitu kalau ada orang yg hidupnya sedih banget atau senang banget itu kadang-kadang lepas kontrol, kalau kita itu sadar bahwa kita itu selalu dalam kondisi seimbang, maka kalau sedih ya jangan sedih banget, artinya dikembalikan pada suatu kondisi yg dinamis, aja kebanget-banget le nelangsa, kalau senang ya jangan senang-senang banget, jadi tetap dalam suatu kondisi kesadaran.” Didalam setiap katalog pamerannya kali ini, Guntur Sanggalangit menempelkan secarik uang mainan plastik 100-ribu rupiah sebagai simbol yang bermakna bahwa uang Indonesia itu sekarang dibuat “mainan” yang menurutnya, “Saya baru bisa memberi kebahagiaan dengan main-main dengan harapan semoga menjadi beneran nantinya hahaha,” gelaknya. “Seni itu kan bermain-main aja, mudah-mudahan dari bermain-main ini menjadi kelak bisa menjadi sungguhan, do’a kan saja” harapan Guntur Sanggalangit. Sun, 22 Jan 2012 10:12:30 +0100 Samsung Fun Run 2012 Di Alkid Jogja http://rrijogja.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=983&Itemid=141 RRI-Jogja News, Samsung Electronics yang sempat membuat heboh dipertengahan tahun lalu lantaran penjualan perdana Samsung Galaxy Tab 10.1 untuk publik di Lobi Selatan, Pacific Place Mall, Jakarta, diserbu ribuan peminat yang rela antri sejak semalam sebelum gerainya dibuka pada keesokan harinya. Betapa tidak, saat itu Samsung memberikan penawaran eksklusif berupa potongan sebesar satu juta rupiah, ditambah dengan potongan dua ratus ribu rupiah bagi 200 pembeli pertama. Adapun daya tarik lainnya adalah konsumen mendapatkan gratis paket unlimited data selama 12 bulan dari Telkomsel, ditambah cicilan 0% dan potongan harga tiga ratus ribu rupiah dari BCA card, kepada konsumen yang membeli Galaxy Tab 10.1 pada satu hari penjualan perdana. Managing Director PT Samsung Electronics Indonesia, Mr. Yoo Young Kim mengungkapkan, “Seri Tab 10,1 (Galaxy Y) merupakan produk Smartphone Samsung yang menggunakan Android versi terbaru dengan teknologi Gingerbread (2.3) dan prosesor 832 MHz. yang tersedia dengan harga terjangkau dengan beberapa warna pilihan seperti warna metallic grey, pure white, coral pink, putih, dan dilengkapi dengan desain yang trendi dan menarik, serta ribuan aplikasi Android yang dapat diunduh langsung dari Android Market dan Samsung Apps.” “Selain itu juga fitur interaktif seperti TouchWiz dan Social Hub juga akan membantu mobilitas pengguna sehari-hari, yang juga dilengkapi dengan kamera 2 MP dengan tambahan fitur panorama shot dan smile shot juga akan membuat smartphone ini ideal sesuai dengan gaya hidup.,” tambah Yoo Young Kim. Sebagai wujud apresiasi kepada seluruh pengguna handphone Samsung di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya para pemilik tiket atas pembelian ponsel Samsung periode 28 Desember 2011 hingga 28 januari 2012, mengusung tema Satu Abad Sri Sultan HB IX Tahta Untuk Rakyat, untuk pertama kalinya di Yogyakarta digelar acara Samsung Fun Run, berupa lari santai menempuh jarak sekitar 5,7 kilometer dengan rute dari Alun-Alun Selatan menuju Jl. Brigjen Katamso, ke Utara hingga Hotel Melia Purosani ke Barat masuk Jl. Suryatamajan hingga ke Jl. Ahmad Yani dan terus ke Selatan ke Alun-Alun Utara menyisir ke Tamansari dan kembali ke Alun-Alun Selatan Yogyakarta. Regional Sales and Marketing Officer Wilayah DIY, Adi Purnomo didampingi Erwin Johanes, selaku Sales and Marketing Manager Region Jawa Tengah, kepada RRI-Jogja Jum'at (20/1) menjelaskan, “Selain mereka, para pemegang tiket yang segera dapat menukarkannya dengan kaos spesial di Samsung Service Center Jl. Diponegoro, acara Samsung Fun Run juga terbuka untuk masyarakat umum melalui pendaftaran di Gerai Samsung Jl. Diponegoro maupun di Kantor Suratkabar Radar Jogja Jl. Ringroad Utara sampai dengan Hari H pelaksanaan yakni, Minggu (29/1) mulai pukul 7 pagi”. Lebih lanjut Adi Purnomo menambahkan, “Lari Santai tersebut akan dibuka oleh Managing Director PT Samsung Electronics Indonesia Yoo Young Kim, dan direncanakan dihadiri oleh Gubernur dan Wakil Gubernur DIY, GBPH Prabukusumo, Walikota dan Wakil Walikota Yogyakarta serta mantan Walikota Herry Zudianto dengan target peserta sedikitnya 80 persen dari pengguna handphone Samsung di DIY yang jumlahnya diperkirakan mencapai 30-ribu orang.” Sementara itu Koordinator kegiatan Iwanudin menambahkan, “Pergelaran hiburan selama Fun Run berlangsung hingga pukul 11 WIB, diisi dengan senam pagi, hiburan musik menampilkan Juki (Marzuki) dari Jogja Hip Hop Foundation, dipandu jago plesetan ala Jogja Anang Batas, juga ditampilkan Tari Barongsai Terpanjang yakni mencapai 30 meter dan diakhiri dengan pembagian doorprize bagi peserta Samsung Fun Run 2012 di Yogyakarta, berupa dua sepeda motor dan 10 buah Samsung LCD TV 32 Inchi serta 200 unit ponsel Samsung E-1080.” Sebelumnya Samsung Fun Run sukses digelar di Bandung pada tahun 2000 hingga 2003, kemudian di Malang pada tahun 2011 dan kini di awal 2012 di selenggarakan di Yogyakarta sebagai Kota Trendsetter smartphone Samsung di Jawa Tengah. Sat, 21 Jan 2012 11:34:06 +0100 Kerjasama Kemitraan Guru Indonesia-Australia http://rrijogja.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=982&Itemid=148 RRI-Jogja News, Empat sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta masing-masing SDN 4 Wates, SDN Bantul Manunggal, SMPN 1 Karangmojo dan SMAN 3 Yogyakarta terpilih dalam program BRIDGE 2012 bersama-sama dengan empat sekolah lainnya dari Jawa Timur, Bali dan Sumatera Selatan. Program BRIDGE merupakan program kerjasama antar sekolah yang didanai oleh Pemerintah Australia dan The Myer Foundation, dikelola oleh Asia Education Foundation yang sepenuhnya didukung oleh Kedutaaan Besar Australia di Jakarta. Menjelang dilakukannya tes wawancara terhadap 16 calon guru dari ke-empat sekolah tersebut dan akan dipilih delapan guru untuk dikirim ke Australia yang berlangsung di Kantor Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Propinsi DIY di Jl. Cendana Yogyakarta, Irene Pingkan Umboh selaku Deputy Director Australian Education International pada Kedutaan Besar Australia di Jakarta kepada RRI-Jogja menjelaskan, “Diselenggarakan program BRIDGE ini adalah untuk meningkatkan pengenalan antara Indonesia dan Australia, khususnya agar warga Indonesia lebih banyak yang mengenal budaya kontemporer Australia dan demikian sebaliknya banyak warga Australia yang mengenal budaya Indonesia.” Pingkan Umboh mengatakan, “Ke 8 guru terpilih dari DIY nantinya bergabung dengan guru-guru lainnya dari Jatim, Bali dan SumSel secara bersama-sama pada 7 dan 8 Februari mengikuti pelatihan di Jakarta kemudian pada tanggal 4 Maret diberangkatkan ke Australia untuk mengikuti pelatihan ICT di Melbourne selama sepekan untuk seterusnya selama dua minggu menempati pos-pos di sekolah-sekolah kemitraan yang tersebar di beberapa kota di Australia untuk menjalin kerjasama lebih lanjut”. Usai menandatangani Naskah Kesepahaman dengan pihak Asia Education International, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Prop. DIY, Kadarmanta Baskara Aji kepada RRI-Jogja mengemukakan, “Kegiatan ini untuk memberikan pengalaman kepada para guru di Yogyakarta tentang bagaimana pembelajaran bahasa Inggris dan IT (Information Technology) disana juga budaya sehari-hari di Australia yang tidak bisa dipelajari dengan membaca buku, untuk nantinya disebarluaskan di Indonesia.” “Antusiasme Jogja besar sekali untuk mengikuti program BRIDGE ini, hal itu terbukti cepatnya respon pihak Dinas Pendidikan setempat tatkala diajukan proposal sebagai propinsi ke 9 setelah Jakarta dan Banten mengenai hal ini, dan sebelumnya sejak tahun 2008 pihak Asia Education Foundation memang mengambil fokus di wilayah Indonesia Timur,” ungkap Irene Umboh. "Diharapkan guru-guru yang terpilih tersebut bisa terus kontinyu menjalin hubungan kerjasama, dan bisa mengikutsertakan siswa serta komunitas sekolahnya secara jangka panjang dengan siswa-siswa, guru-guru dan sekolah-sekolah di Australia," imbuhnya. Sat, 21 Jan 2012 09:31:13 +0100 Permainan Proyek Merupakan Penyakit Wakil Rakyat http://rrijogja.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=980&Itemid=140 RRI- Jogja News, Peneliti Pusat Kajian (Pukat) Anti Korupsi Fakultas Hukum UGM OCE MADRIL mengatakan Saling lempar kesalahan yang dipertontonkan Ketua BURT dan sekjen DPR atas Renovasi gedung Banggar DPR yang mencapai nilai fantastis (20 M) merupakan dalih, karena mustahil proyek tersebut lolos tanpa persetujuan BURT DPR. “sangat naif jika ketua BURT tidak tahu pastilah tahu tidak mungkin sekjen bergerak tanpa persetujuan BURT. Kalau nilai proyek tahu tidak kalau detailnya kan lapangan yang tahu.” Kata Oce Madril. Oce mengatakan anggaran DPR sudah disetujui pimpinan DPR termasuk semua proyek. Selama ini DPR tidak pernah transparan sehingga patut diduga renovasi dan semua kebutuhan DPR yang nilainya fantastis merupakan permainan proyek DPR. “ Itu penyakit wakil rakyat.”tandas OCE. Penyakit proyek DPR dikatakan Oce seperti penyakit menular sebab tidak hanya wakil rakyat di senayan, permainan proyek ini juga terjadi di sejumlah wakil rakyat di daerah anatra lain DPRD DKI Jakarta dan Sumatra Selatan. Hal ini patut diduga terjadi korupsi. “Ini menular modus dan permainannya sama, hal tersebut bisa menjadi pintu masuk adanya dugaan korupsi.” Kata Oce. Oce Madril yang juga dosen fakultas Hukum di UGM ini mengatakan yang juga patut dipertanyakan urgensi dari renovasi tersebut. Anggaran yang sangat besar tersebut sebaiknya digunakan untuk meningkatkan kapasitas wakil rakyat. “ Anggaran untuk renovasi yang sebenarnya tidak diperlukan itu kan bisa dialihkan untuk meningkatkan kapasitas fungsi legeslasi DPR agar lebih maju selama ini berapa kualitas produk undang undang yang dihasilkan DPR ? “ tanya Oce Madril. Fri, 20 Jan 2012 06:59:47 +0100 Resital Cello Di Rumah Budaya Tembi Bantul http://rrijogja.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=978&Itemid=135 RRI-Jogja News, “When love struck by passion, disappointment and anxiety will rise”, ketika cinta disambut dengan kegairahan, kekecewaan dan kegelisahan muncul. Harapan yang terlalu tinggi, rasa ingin tahu dan ingin memiliki yang terlalu dalam, sehingga membawa jauh dari titik terang ke arah kegelapan." Begitulah bait-bait manis yang akan ditorehkan Alfian Emir Adytia ke dalam resital cello bertajuk ”Passion Disappointment Anxiety”atau Penuh Gairah, Kemarahan Sekaligus Kekecewaan, yang berlangsung pada hari Jumat (20/1) mulai pukul 19.30 WIB di TeMbi Rumah Budaya Yogyakarta, Jl. Parangtritis Km. 8,4 Timbulharjo Sewon Bantul, Yogyakarta. Melalui Resital Cello, Alfian akan mengusik sekaligus menggelitik emosi Anda melalui gesekan cello dari nomor-nomor yang ia mainkan. Alfian yang masih studi di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, berhasil menerima beasiswa musik FoMbi, TeMBI Rumah Budaya dan berhasil lolos dari audisi cello Asean-Russia Symphony Orchestra of Young Musician di Bali dengan konduktor Singgih Sanjaya dan Alexander Polishchuk dari Russia. Resital Cello di Rumah Budaya Tembi kali ini didukung oleh Angelica Liviana atau biasa dipanggil Livi, alumnus Conservatory of Music, Universitas Pelita Harapan Jakarta, memainkan Piano dan Gigin ‘rajin’ Sholat mahasiswa ISI Yogyakarta jurusan Etnomusikologi yang memainkan Kendang Sunda. Koordinator Resital Cello Titin Natalia kepada RRI-Jogja menjelaskan, “Dari semangat, disini passion Anda akan diturunkan menjadi sebuah kekecewaan (disappointment) akan sebuah janji atau harapan melalui permainan Alfian Emir Adytia dalam nomor Gelisah. Sebuah karya yang secara garis besar adalah luapan rasa kegelisahan atas kekecewaan terhadap sesuatu yang ditulis dalam format trio, Piano, Cello dan Kendang Sunda". "Penambahan satu alat etnis, kendang sunda adalah untuk mengangkat rasa nuansa laras digunakan, selain menimbulkan suasana etnis yang kuat. Melodi-melodi yang tercipta seakan menambah suasana kegelisahan (anxiety) atas kekecewaan yang mendalam mengakibatkan rasa keterpojokan dan menjauhi titik terang”, jelasTitin. ”Bak roller coaster kehidupan, naik-turun menjalaninya, program resital cello ini pun akan berakhir dengan sebuah melodi pencerahan, sebuah titik terang setelah semua passion dicampur-aduk, mulai semangat hingga keputus-asaan hingga muncul karya Sergei Rachmaninoff dalam Sonata for Cello and Piano in G Minor, Op.19, 3rd mvt Andante,” imbuhnya. Pendiri TeMBI Rumah Budaya TeMBI N.Nuranto kepada RRI-Jogja dalam pada itu mengungkapkan bahwa Rumah Budaya secara rutin memberikan kesempatan bagi siapa saja para pekerja seni untuk menuangkan kreasinya, sebagai misi dari TeMBI sendiri yaitu sebuah usaha yang "Selft Sufficient" (mandiri) dengan menghasilkan karya-karya kreatif berbasis budaya lokal yang berkualitas. Thu, 19 Jan 2012 13:24:50 +0100 Fombi Luncurkan Album Kompilasi Musik Tradisi Baru http://rrijogja.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=977&Itemid=135 RRI-Jogja News, Masyarakat luas khususnya para pemerhati musik tradisi mendapat kesempatan untuk menilai langsung kreasi anak-anak muda di Yogyakarta yang tergabung dalam Forum Musik Tembi -FOMBI, yang meluncurkan album Kompilasi bertajuk Musik Tradisi baru 2011, pada Jum’at malam (20/1) pukul 20.30 di Rumah Budaya Tembi Jl. Parangtritis Km 8,4 Desa Timbulharjo, Kecamataan Sewon, Bantul. Eksekutif Produser N. Nuranto kepada wartawan menjelaskan, “Album ini merupakan kompilasi hasil Festival Musik Tembi selama 2011 yang digelar Fombi dengan tujuan untuk mengingatkan kembali generasi muda kepada jati diri bangsa, melalui wadah berkreasi bagi musisi muda di Tanah Air sehingga tercipta karya musik Indonesia yang baru dan sesuai dengan perkembangan zaman, membangkitkan kreativitas dalam kebebasan bermusik dan menciptakan musik genre apapun menggunakan instrumen musik tradisi, kemudian mempertunjukkan dan memperdengarkan kembali ke khalayak luas.” Seleksi dilakukan oleh pengamat musik dari beragam profesi seperti, Rahayu Supanggah, Remy Sutansyah, Oni Krisnerwinto dan Lono Simatupang. Dari hasil seleksi dipilih delapan terbaik yang dipentaskan dan direkam untuk dibuatkan album kompilasi dengan proses rekaman di studio Kua Etnika Yogyakarta atas dampingan Djaduk Ferianto, Oni Krisnerwinto, Memet Chairul Slamet serta Uyung Mahagenta. Ke-delapan kelompok musisi terbaik dari 16 entris yakni, Soul of Etania, Sobaya, Nadidada, Luca & Friends, Orang Palu, Pajumonca, Akar Liar, dan Christanto Hadijaya Admaja. “Kami menampilkan nyanyian Suku Kaili Ledo dari Palu, Sulawesi Tengah berjudul Ketergantungan (durasi 4:30) dengan mengusung Kecapi (alat petik dua senar) dan Lalove (alat tiup serupa seruling panjang) dipadu bass elektrik dan synthesizer,” ungkap Fahmy Arsyad Said selaku koordinator grup Orang Palu kepada RRI-Jogja. Sementara Gading Suryatmaja dari Soul of Etania mengungkapkan kelompoknya mengusung judul Pulang (durasi 8:00), adapun Kelompok Akar Liar menampilkan judul Galaherang (durasi 4:44), gambaran gelanggang sejarah rimba khatulistiwa yang digerus modernitas tanah leluhur dan mencoba untuk bangkit kembali. Nadidada mengangkat judul Part One (durasi 13:49), Luca & Friends dengan judul Siang Malam Siang (durasi 11:26), Pajumonca dengan lagunya Bela Leha (durasi 3:24), Sobaya menampilkan lagu berjudul Bendalah Jasad (durasi 7:44), sedangkan Christanto Hadijaya Admaja menampilkan judul Purnama (durasi 11:44). Thu, 19 Jan 2012 12:00:59 +0100 Koperasi Mitra Dhuafa Bantul Mengentaskan Perempuan Miskin http://rrijogja.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=976&Itemid=116 RRI-Jogja News, Tata cara untuk meningkatkan pendapatan dengan modal sedikit dan tantangan besar dibeberkan secara lugas apa adanya oleh Mitra Dhuafa Cabang Bantul melalui upaya pemberdayaan Usaha Menengah Kecil dan Mikro –UMKM yang terangkum dalam dua buku masing-masing berjudul Pemberdayaan Masyarakat Melalui Keuangan Mikro, suatu pengalaman Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Bantul, dan buku berjudul Lembaga Keuangan Mikro Antara Teori dan Praktek, suatu pengalaman dari Koperasi Mitra Dhuafa dalam mengembangkan lembaga keuangan mikro untuk perempuan miskin, karya Slamet Riyadi dan Sugiarti. “Buku ini menarik mengingat masih minimnya buku-buku tentang lembaga keuangan mikro, apalagi tentang usaha yang sudah dilakukan oleh KOMIDA, koperasi yang mempunyai minat khusus untuk memberdayakan perempuan, khususnya perempuan miskin, yakni ibu-ibu yang hadir dipertemuan ini. Suatu perjuangan yang harus diapresiasi,” ungkap Profesor Mudrajad Kuncoro, kepada RRI-Jogja usai Seminar dan Launching Buku KOMIDA berlangsung Rabu (18/1) di kompleks Pasar Seni Gabusan Jl. Parangtritis Bantul. Seminar bertajuk Cara Memperoleh Pendapatan Maksimal Dengan Biaya Minimal, menampilkan pembicara Profesor Mudrajad Kuncoro, Ph.D (Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, yang juga Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) kemudian Tri Murdianani, SE, MM (Kepala Bagian Koperasi Kabupaten Bantul) dan Slamet Riyadi, SE (Managing Director Koperasi Mitra Dhuafa Indonesia). Lebih lanjut Profesor Mudrajad mengemukakan, “Kunci pengentasan kemiskinan adalah memberdayakan agar si miskin itu tidak lagi miskin dan tahu bagaimana menabung, bagaimana mengelola keuangan rumah tangga, dan dalam hal ini pihak KOMIDA selain memberikan pinjaman modal juga melakukan pelatihan dan pendampingan kepada nasabahnya. Hal ini diharapkan menjadi inspirasi bagi Lembaga Keuangan Mikro lainnya”. “Alhamdulillah, saya senang sekali dibantu KOMIDA, tiga tahun lalu saya mendapat pinjaman 750-ribu Rupiah untuk usaha Bakso Goreng dan Pangsit, saya setor ke warung-warung dan kantin beberapa sekolah diantaranya ke SMK Pandak, SMP Sanden, SMA Bambanglipuro dan SMK Panutan, kini usaha saya berkembang, tiap harinya menyiapkan 200 bungkus, harganya ada yang 500 rupiah hingga enam ribu rupiah per bungkusnya, ujar Ibu Ponimah (42 tahun) warga Dusun Depok, Desa Gilangharjo, Kecamatan Pandak, Bantul, kepada RRI-Jogja. Ibu Ponimah dengan dua anak dan suaminya bekerja pada instalatir listrik, merupakan satu diantara puluhan ibu-ibu pengusaha mikro dari Kabupaten Bantul yang berhasil dientaskan berkat bantuan dari KOMIDA dan turut hadir dalam kegiatan tersebut. “Yang menarik yakni, KOMIDA mengadopsi system kredit Bank, suatu yang masih langka dengan sistem seperti itu,” jelas Profesor Mudrajad Kuncoro. “Kedua buku karya Slamet Riyadi mengungkapkan kisah nyata ibu-ibu miskin yang sudah berhasil di entaskan dari kemiskinan, ini sangat menyentuh” imbuh Guru Besar Perekonomian UGM tersebut. Menurut Profesor Mudrajad, “Ada tiga hal yang telah diidentifikasi berkenaan dengan kendala yang dihadapi usaha mikro yaitu, Akses Modal yang kini sudah dijembatani dengan LKM, kemudian Akses Pasar yang menjadi tugas Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat, serta Akses Bahan Baku yang masih terabaikan sehingga perlu diseriusi". "Sedangkan kendala pada LKM harus ada pengaturan, karena Bank Indonesia hanya mengatur Bank umum dan Bank konvensional untuk BPR dan Syariah, sedangkan Lembaga Keuangan tidak ada yang mengawasi. Kalau Lembaga Keuangan tersebut berbadan hukum koperasi yang mengawasi Dinas Koperasi atau Kementerian Koperasi namun apabila bukan koperasi, itu merupakan Organisasi Tanpa Bentuk, itu yang sedang digarap oleh Pemprop DIY” beber Profesor Mudrajad saat dikonfirmasi RRI-Jogja, berkenaan munculnya beberapa kasus di Lembaga Keuangan semacam itu akhir-akhir ini. Selaku staf ahli Gubernur DIY Bidang Ekonomi, pihaknya kini sedang mempersiapkan Peraturan Gubernur untuk mengatur BMT atau Koperasi Jasa Syariah di Yogyakarta yang akhir-akhir ini banyak yang bermasalah. Thu, 19 Jan 2012 08:37:48 +0100