RRI-Jogja News, Daru Maheldaswara sebagai salah satu sosok yang dituakan di Sanggar 141 Tangerang Sabtu Malam (28/1) meluncurkan buku antologi puisi berjudul Tidak Ada Apa-Apa Kalau Tak Ada Apa-Apa, berisi 144 puisi karya 26 anggota Sanggar tersebut, berlangsung di Ruang Seminar Taman Budaya Yogyakarta.
Kepada RRI-Jogja, Daru menjelaskan, “Antologi ini bermula dari kekangenan teman-teman untuk berproses sastra setelah 25 tahun tanpa kegiatan, kemudian sepakat untuk membukukannya.”
“Makna dari judul buku antologi puisi tersebut adalah bahwa kelahiran dari buku puisi ini ada apa-apanya, ada sesuatu yang ingin kami sampaikan kepada masyarakat setelah sekian lama vakum, kebetulan salah satu anggota sanggar bernama Novanka memiliki percetakan dan menawarkan bantuan untuk mencetaknya,” imbuhnya.
Menurutnya masih banyak daerah yang miskin dengan referensi karya sastra termasuk Tangerang. Kalaupun ingin membeli sangat mahal harganya dan pemasaran buku antologi puisi tersebut sebagai awal nya dipilih Tangerang, dengan cetak awal dibulan Agustus 2011 sebanyak seribu eksemplar, ternyata laku keras dipasaran dan sisanya 50 buku dibawa ke Jogja, bersamaan dengan adanya penawaran mengisi Malam Sastra yang diselenggarakan oleh Studio Pertunjukan Sastra (SPS) Universitas Negeri Yogyakarta.
Saat dimintai pendapat tentang perkembangan dunia sastra di Yogyakarta, Daru Maheldaswara mengungkapkan rasa gembiranya, “Perkembangan sastra di Jogja luarbiasa, paling tidak ada beberapa lokasi pergelaran sastra yang secara rutin dilakukan, disamping SPS, ada Pembacaan Puisi Bulan Purnama di Tembi Rumah Budaya Sewon, Bantul, kemudian ada malam sastra di Rumah Puisi Kampung Halaman yang dimotori oleh Bustan Basir Umaran, juga ada acara Mari Membaca Puisi pimpinan Hamdi Salad, selanjutnya Malam Sastranya Sitok Srengenge yang dua bulan sekali, sementara di Tangerang masih sangat kurang meskipun penulis sastra disana cukup banyak.”
“Bagi saya hanya dunia seni termasuk sastra, yang mampu menyatukan bangsa Indonesia, karena dengan sastra atau seni kita melupakan latar belakang apapun, di sastra, di seni itu tidak mengenal orang kaya, miskin. Mereka akan menyatu secara harmoni, tidak ada ideologi karena mereka hanya berkarya, berkarya inilah diperlukan perhatian supaya lebih bisa berkembang dimasa depan,” ungkap Daru yang manakala berada di Jogja bermukin di rumahnya yang berada di Perumahan Kasongan Permai, Bantul.
Buku antologi puisi karya para sastrawan Tangerang berjudul Tidak Ada Apa-Apa Kalau Tak Ada Apa-Apa setebal 164 halaman tersebut dijual seharga 40-ribu rupiah pada acara Bincang-Bincang Sastra Edisi Ke-76 bersama Hamdy Salad dalam pertunjukan sastra berupa Baca Puisi, Musikalisasi Puisi dan Dramatisasi Puisi, menampilkan Sanggar Satoeempatsatoe, Daru Maheldaswara, Age Taufiq, Hasan Buche, Zul Fahmi, Daradjatul Ula serta Villy J. Roesta.