Pameran Lukisan Harsono Sapuan Di Tembi Bantul

Senin, 28 November 2011 19:20 Antok Wesman Dilihat: 212 Kali
  • Sebelumnya
  • 1 of 5
  • Selanjutnya

RRI-Jogja News, Sembilan penyair dari lima kota ikut menyemarakkan pembukaan Pameran Tunggal Lukisan Harsono Sapuan di Rumah Budaya Tembi Sewon, Bantul, Rabu malam (16/11). Para penyair tersebut yakni, Ariyoko dari Bojonegoro, Anisa Afsal dari Sukabumi, Indra Ninglist dari Tegal, Catur Mulyadi dari Pekalongan, Bambang Uban dari Jakarta, Mardi Luhung dari Gresik, Madya Akmal kemudian Sri Harjanto Sahid serta Harry Leo, ketiganya dari Yogyakarta. Diantara mereka ada yang membacakan syair hingga seperempat jam, namun ada yang hanya tampil beberapa detik saja, itulah gaya penyair jika sudah tampil, penuh dengan kejutan.

Cuaca malam itu tidak hujan meski mendung karena tidak nampak adanya bintang-bintang, sehingga arena terbuka di bagian belakang kompleks Tembi Rumah Budaya tersebut semakin dipenuhi pengunjung dan para pemerhati sastra yang dihibur oleh penampilan Orkes Ben Goyang Resah Art Myusick, dipimpin oleh Fafan selaku Tukang Gebuk, kemudian Didung selaku Tukang Kencrung, Wahyu yang Tukang Genjreng, Nasrul si ahli Nylekop dan Hendrix si Pengarang Lagu dan Musik Dadakan.

Orkes Ben Goyang Resah, demikian pilihan nama grup musik tersebut, merupakan kreasi baru para perupa muda yang memadukan Opini Rakyat dan Performance Art dikemas dalam syair dan lagu. Keunikan kelompok musik kreasi baru itu semua peralatan musiknya dikreasi dari barang-barang bekas semisal, kaleng, galon air mineral, karet ban mobil, tempayang, bamboo dan kayu dikombinasikan dengan gitar elektrik dan kencrung, yang kata juru bicaranya, semua barang pinjaman. “Ini semua konsep bentuk peduli lingkungan dipadu dengan kegelisahan para seniman menghadapi kehidupan sehari-hari yang kami sikapi dengan kesederhanaan dan suka-ria”, ungkap Fafan kepada segenap audiences.

Sebelum pembukaan pameran hadir Nong Risty dari Sukabumi dengan performance art-nya berupa tarian kontemporer dalam suasana remang-remang karena dikedua tangan dan lehernya terlillit lampu-lampu mikro yang terlihat jelas saat dirinya meliuk-liuk di antara tempayan-tempayan dekorasi panggung. Kekidungan Dhandhanggula pun turut mewarnai suasana arena malam itu yang dibawakan oleh Ki Pono Wiguno.

Secara resmi pembukaan pameran lukisan tunggal Harsono Sapuan dilakukan oleh Kyai Juru Kunci Cupu Panjolo, Bapak Medi Sumiarto, yang secara panjang lebar menguraikan riwayat tugasnya dan sejarah keberadaan Juru Kunci serta hal-hal yang tersingkap tatkala Cupu Panjolo tersebut dibuka beberapa waktu lalu. Hampir satu jam Juru Kunci itu menyampaikan pidato dalam bahasa Jawa, sehingga suasana mulai membosankan, sebagian besar pengunjung satu-persatu meninggalkan arena, sehingga tampak lengang, selain malam sudah semakin larut, waktu sudah menunjukkan jam 22 lebih, namun belum ada tanda-tanda Juru Kunci menyelesaikan kata sambutannya yang dia baca melalui buku seukuran folio dan entah berapa halaman. Melihat suasana yang tidak nyaman, karena banyak hadirin yang beranjak meninggalkan tempat duduknya maka Sang Juru Kunci menyudahi pidato pembukaan pameran yang panjang lebar tersebut dan segera saja seluruh tamu yang ada bergegas menuju Ruang Pamer.

Ada 30 karya lukisan Harsono Sapuan digelar, mulai dari sketsa yang dibuatnya tahun 1988 tentang pelabuhan, masjid-masjid dan makam-makam para Wali di Gresik, hingga karya terakhirnya tahun 2011 yang dia selesaikan di sudionya di kawasan Serangan Yogyakarta.

Kepada RRI-Jogja On-Line Harsono mengungkapkan, “Karya-karya ini saya beri tema Pesan Cinta karena segala sesuatu apapun itu, entah pahit, entah manis, entah senang, entah susah, saya menyikapinya dengan rasa batin, rasa kasih sayang, jadi saya ungkapkan selembut perasaan saya, selembut nurani saya”.

Sementara itu, Anindya Barata dari Tembi Rumah Budaya berpendapat, “Secara umum lukisan-lukisan Harsono Sapuan dalam pameran ini bisa dibilang Menyenangkan, karena sebagian besar menyenandungkan atau berucap dengan volume dan tempo moderat, tidak berteriak-teriak, tidak menggebu-gebu, namun gaya tuturnya santai, renyah dan santun meskipun persoalan yang diangkatnya serius, baik dalam narasi besar kehidupan maupun dalam konteks sosial politik”.

Sedangkan Mohamad Sobary dari Penerbit Pesisir Sleman mengungkapkan, “Lukisan-lukisan Harsono Sapuan kali ini merupakan imajinasi bahwa hidup itu menggembirakan, cerminan dunia yang menggembirakan, meski ada kenakalan dan sikap usil seperti Nampak pada lukisan berjudul Story Night yang bicara tentang ribuan kisah, suasana malam nan roman, malam keindahan, bunyi seruling yang ditiup di puncak segala kegembiraan, dan malam kegembiraan naik motor tanpa gangguan, yang kesemuanya itu menunjukkan bahwa hidup itu kegembiraan”.

Pameran Lukisan Tunggal Harsono Sapuan di Tembi Rumah Budaya yang berlokasi di Sewon, Bantul digelar hingga 6 Desember 2011.

Terakhir Diperbaharui pada Senin, 28 November 2011 19:35

Seksi Berita

Share/Save/Bookmark