Tari Angguk Dan Jaran Kepang Meriahkan Malam Satu Suro Di Tembi Bantul
- Monday, Nov 04 2013
- Written by Antok Wesman
- Hits: 211
RRI-Jogja News/L-09, Pada malam 1 Sura (penanggalan Jawa) yang bertepatan dengan tanggal 4 November 2013, mulai pukul 20.00 WIB, digelar pertunjukan Tari Angguk dan Jaran Kepang di Pendapa Tembi Rumah Budaya, Jl. Parangtritis Km 8,4, Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul.
Tarian Angguk tersebut dimainkan oleh Kelompok Rukun Sida Lancar, pimpinan Sumirun, sedangkan tarian Jaran Kepang diperagakan oleh Turangga Jati Agung Budaya dari Purworejo, yang dikoordinir oleh Slamet Sumitro.
Kedua kelompok tarian tradisional tersebut berasal dari Desa Sumberagung, Grabag, Purworejo. Dalam pada itu, Paguyuban Trah Prabu Brawijaya V dan Brayat Ageng Majapahit (PTBM) pimpinan Drs Y. Agus Setianto MSi atau KRT. Mangun Werdaya, abdi dalem Keprajan Keraton Yogyakarta, juga ikut mendukung kelompok kesenian itu.
Tarian Angguk adalah tarian khas Purworejo dan Kulon Progo. Menurut Sumirun, tarian Angguk diilhami dari gerak baris-berbaris prajurit. Meski mengenakan kostum ala serdadu Kumpeni Belanda namun tarian itu lahir sebagai penghargaan terhadap pasukan Untung Surapati yang wafat di Purworejo, disaat bertempur melawan Kumpeni Belanda.
Tari Angguk menceritakan kisah tentang Umarmoyo-Umarmadi dan Wong Agung Jayengrono dalam Serat Ambiyo. Tarian itu dimainkan secara berkelompok oleh 15 penari wanita yang berkostum menyerupai serdadu Belanda dan dihiasi gombyok berwarna ke-emasan, sampang, sampur, topi pet warna hitam, dan kaos kaki warna merah atau kuning dan mengenakan kacamata hitam.
Tarian tersebut aselinya dimainkan selama durasi 3 hingga 7 jam, namun mengingat kebutuhan yang ada maka durasi dipersingkat paling lama satu jam.
Tari Angguk adalah tari permainan atau hiburan yang biasa dimainkan oleh muda- mudi. Tarian yang disajikan dalam kesenian angguk terdiri dari dua jenis, yaitu Tari Ambyakan, adalah tari angguk yang dimainkan oleh banyak penari. Tarian ambyakan terdiri dari tiga macam masing-masing, Tari Bakti, Tari Srokal, dan Tari Penutup.
Kemudian Tari Pasangan, adalah Tari Angguk yang dimainkan secara berpasangan. Tari pasangan ini terdiri dari delapan macam, masing-masing, Tari Mandaroka, Tari Kamudaan, Tari Cikalo Ado, Tari Layung-layung, Tari Intik-intik, Tari Saya-cari, Tari Jalan-jalan, dan Tari Robisari.
Pada mulanya Angguk hanya dimainkan oleh kaum laki-laki saja. Namun, dalam perkembangan selanjutnya tarian ini juga dimainkan oleh kaum perempuan. Para pemain Angguk mengenakan busana yang terdiri dari dua macam, yaitu busana yang dikenakan oleh kelompok penari dan busana yang dikenakan oleh kelompok pengiring.
Busana yang dikenakan oleh kelompok penari mirip dengan busana prajurit Kompeni Belanda, yaitu baju berwarna hitam berlengan panjang yang dibagian dada dan punggungnya diberi hiasan lipatan-lipatan kain kecil yang memanjang serta berkelok-kelok.
Celana sepanjang lutut yang dihiasi pelet vertikal berwarna merah-putih di sisi luarnya, topi berwarna hitam dengan pinggir topi diberi kain berwarna merah-putih dan kuning emas.
Bagian depan topi ini memakai “jambul” yang terbuat dari rambut ekor kuda atau bulu-bulu selendang yang digunakan sebagai penyekat antara baju dan celana. Kemudian mengenakan kacamata hitam, kaos kaki selutut berwarna merah atau kuning serta rompi berwarna-warni. Sedangkan busana yang dikenakan oleh kelompok pengiring berupa baju biasa, jas, sarung dan kopiah.
Untuk peralatan musik yang digunakan untuk mengiringi Tari Angguk diantaranya terdiri dari, kendang, bedug, tambur, kencreng, rebana (2 buah), terbang besar dan jedor.
Dengarkan Podcast Berita :
Audio clip: Adobe Flash Player (version 9 or above) is required to play this audio clip. Download the latest version here. You also need to have JavaScript enabled in your browser.