"Lurik Jawa" Ninik Darmawan
- Monday, Dec 26 2011
- Written by Antok Wesman
- Hits: 1068
RRI-Jogja News, “Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu daerah yang memiliki potensi tinggi di bidang kerajinan tekstil tradisional khususnya kain tenun Lurik. Kain tenun Lurik ini proses pembuatannya memang relatif cukup lama karena pengerjaannya cukup rumit. Disain yang dipilih sangat erat dengan nilai-nilai budaya Jawa sehinga mempunyai nilai seni budaya yang tinggi” ungkap Kepala Dinas Kebudayaan Propinsi DIY, Drs. GBPH Yudaningrat, MM. kepada RRI-Jogja.co.id
Lebih lanjut GBPH Yudaningrat mengatakan, “Filosofi dan makna sehelai kain Lurik tercermin dalam motif dan warnanya, ada corak yang dianggap sakral dan bertuah dan ada pula corak yang memberi nasehat, petunjuk serta harapan”.
“Kata lurik berasal dari Bahasa Jawa Lorek yang berarti garis-garis, sebagai lambang kesederhanaan. Sederhana dalam penampilan maupun dalam pembuatan namun sarat dengan makna. Dibuat dari benang Kapas menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) atau bahkan alat Tenun Gendong ”, imbuh Gusti Yudaningrat.
Menurut GBPH Yudaningrat, Saat ini perkembangan tenun Lurik mengalami kemunduran yang cukup signifikan baik dalam jumlah produksi, teknik produksi, disain maupun dalam hal pengembangan produk. Penurunan produksi tersebut ditandai dengan menurunnya jumlah tempat produksi tenun Lurik di DIY.
Sentra produksi tenun Lurik di Krapyak Wetan misalnya, saat ini tinggal satu perusahaan saja yang berproduksi, demikian pula di Dusun Mlangi, Kabupaten Sleman, sudah tidak ditemui lagi usaha pembuatan tenun Lurik, sedangkan beberapa tempat lain diperkirakan masih terdapat usaha tenun Lurik semisal di Dusun Nggamplong-Godean dan beberapa di Kabupaten Kulon Progo.
Berkurangnya minat masyarakat, kemudian tiadanya regenerasi keahlian serta minimnya pengetahuan tentang tenun Lurik, menjadikan warisan budaya bangsa tersebut menjadi semakin langka dan sulit dijumpai. Sebagai upaya melestarikannya sekaligus memberdayakan Lurik, maka Dinas kebudayaan Propinsi DIY telah mendokumentasikan ragam motif dan corak Lurik melalui berbagai bentuk kegiatan, diantaranya Penyusunan Lurik Tenun Tradisional Jawa, Rekonstruksi Motif Lurik, Pameran-Pameran Lurik serta Peragaan Busana Berbahan Lurik.
Peragaan Busana berbahan Lurik seperti yang diperagakan oleh disainer Jogja, Ninik Darmawan (Dwi Suwityantini) yang telah menggeluti dunia fesyen berbahan Lurik selama 20 tahun, mengusung tema Perjalanan Kesederhanaan, berlangsung di Kraton Ballroom Hotel Ambarrukmo Yogyakarta pada Rabu malam (21/12), merupakan upaya untuk memperkenalkan kain Lurik berikut motif-motifnya secara lebih luas, guna mengangkat potensi Lurik sebagai asset penting pemberdayaan para pengrajin, sehingga semakin membuka peluang bagi pengembangan industri kreatif Lurik tradisional kekancah perekonomian nasional maupun global.
Dalam pergelaran karya Lurik Jawa yang dihadiri ratusan undangan khusus tersebut, Ninik Darmawan menghadirkan 60 busana kreasinya yang keseluruhannya menggunakan bahan tenun Lurik tradisional Jawa dipadu berbagai tenun daerah lain di Nusantara, serta kain untuk peragaan busana pada umumnya.