Kereta-Kereta Pusaka Kraton Yogyakarta
- Wednesday, Oct 30 2013
- Written by Antok Wesman
- Hits: 89
RRI-Jogja News/L-09, Salah satu ciri khas dari pernikahan Kraton Yogya adalah adanya iring-iringan kereta kuda yang akan membawa rombongan pengantin dari Kraton menuju Kepatihan untuk resepsi.
Iring-iringan kereta kuda menjadi salah satu ciri khas upacara pernikahan Kraton Yogya. Acara itu merupakan hal yang paling mengundang animo masyarakat karena mereka bisa langsung melihat pengantin yang sebelumnya hanya bisa mereka lihat di televisi.
Untuk pernikahan GKR Hayu dan KPH Notonegoro ini, Sultan Hamengku Buwono X juga turut menaiki kereta kuda. Hal itu menjadi hal yang menarik karena ini kali kedua Sri Sultan menaiki kereta kuda. Pertama, saat Sultan dinobatkan menjadi raja, dan kedua kalinya saat pernikahan putri keempat-nya.
Terdapat 12 kereta kuda yang menyemarakkan iring-iringan dan yang menjadikan semakin unik, semua kereta kuda yang digunakan adalah kereta kuda yang umurnya sudah ratusan tahun. Kereta-kereta kuda itu merupakan peninggalan asli Kraton Yogyakarta sejak jaman dahulu.
Proses pemilihan kereta-kereta kuda tersebut tidaklah singkat. Untuk kereta Sultan, proses seleksi dilakukan langsung oleh Sultan. Sebelumnya, terdapat tiga buah kereta yang menjadi opsi untuk digunakan Sultan. Kereta-kereta tersebut adalah Kereta Jethayu, Kereta Harsunobo, dan Kereta Kanjeng Kyai Wimono Putro. Sultan sendiri akhirnya memutuskan untuk menggunakan Kereta Kanjeng Kyai Wimono Putro.
Kereta Kanjeng Kyai Wimono Putro merupakan kereta kuda yang dibeli langsung dari Belanda. Kereta ini dibuat pada sekitar tahun 1860-an pada era Hamengku Buwono VI. Kereta Kanjeng Kyai Wimono Putro awalnya milik Sultan Hamengku Buwono VI untuk diwariskan dan digunakan oleh putranya, Sultan Hamengku Buwono VII. Kereta itu digunakan saat Sultan HB VII diangkat menjadi putra mahkota.
Kereta Kanjeng Kyai Wimono Putro ini ditarik oleh delapan kuda dan dinaiki oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X beserta permaisuri, Gusti Kanjeng Ratu Hemas. Sementara itu, kedua mempelai GKR Hayu dan KPH Notonegoro menggunakan Kereta Kanjeng Kyai Jongwiyat.
Dahulu, sebelum dinobatkan menjadi raja, Sultan HB X selalu menggunakan kereta Kanjeng Kyai Jongwiyat. Sejarah sakral yang kemudian membuat putri-putri Sultan HB X selalu menggunakan kereta itu untuk iring-iringan pernikahan mereka.
Kereta buatan Den Haag, Belanda sudah ada sejak era Hamengku Buwono VII, tepatnya sekitar tahun 1880. Kereta yang baru saja diperbaharui warna cat-nya itu, ditarik oleh empat kuda. Kereta yang sudah berumur ratusan tahun tentu saja perlu perawatan khusus, terlebih saat kereta akan digunakan. Interior yang sudah rusak termakan waktu harus diperbaiki.
“Namanya juga sudah ratusan tahun, jadi harus diperbaiki. Kain yang sudah rusak kita ganti dengan jenis kain yang sama, lalu pernak-pernik dan hiasan diatas kereta disepuh lagi dengan emas agar terlihat lebih baru,” jelas Kliwon Rotodiwiryo selaku penanggung jawab kereta Kraton.
Kuda-kuda yang digunakan untuk menarik kereta-kereta ini juga merupakan kuda-kuda pilihan, terutama pemilihan warna. Kuda yang boleh digunakan adalah kuda-kuda dengan warnaJragem (hitam kemerahan), Dhawuk (semi putih-keabuan), Merah, atau Hitam. Kuda-kuda tersebut didatangkan langsung dari Kavaleri Angkatan Darat Parongpong Bandung serta dari Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Daerah Istimewa Yogyakarta.
Semua kereta-kereta kuda milik Kraton diletakkan dalam sebuah tempat yang saat ini dijadikan sebagai Museum Kereta Kraton. Dahulu, digunakan untuk garasi kereta-kereta Kraton.
Seiring berjalannya waktu, terutama sejak era Sultan HB IX, penggunaan kereta kuda mulai berkurang. Mulai saat itulah, tepatnya sekitar tahun 1983, kereta-kereta itu kemudian dipamerkan dan dibuka untuk umum. Masyarakat diizinkan masuk untuk melihat koleksi-koleksi kereta Kraton.
Semua kereta kuda Kraton berada di bawah naungan Kawedanan Wahono Sarta Kriyo divisi Koncoroto. Museum Kereta Kraton memiliki sistem semi-museum karena kereta-kereta yang ada masih berfungsi sebagaimana mestinya, dan siap untuk digunakan terutama untuk acara-acara besar, seperti Dhaup Ageng yang baru lalu.
Dengarkan Podcast Berita :
Audio clip: Adobe Flash Player (version 9 or above) is required to play this audio clip. Download the latest version here. You also need to have JavaScript enabled in your browser.