Ruwatan Murwokolo Di Pendopo Royal Ambarrukmo Yogyakarta
- Wednesday, Jun 26 2013
- Written by Antok Wesman
- Hits: 477
RRI-Jogja News/L-09, Royal Ambarrukmo Yogyakarta menggelar Ruwatan Massal Sabtu (22/06/13) di Kedaton Royal Heritage dipimpin oleh Ki Cermo Hadi Sutoyo, guna melestarikan kebudayan atau tradisi tradisional supaya tradisi lama tersebut tidak punah di zaman yang semakin modern.
Menurut Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Manu J. Widyaseputra, Ruwatan adalah Tradisi ritual Jawa sebagai sarana pembebasan dan penyucian yang masih dilakukan orang Jawa sebagai sarana pembebasan dan penyucian atas dosanya atau kesalahan yang berdampak kesialan didalam hidupnya.
Melalui pementasan wayang kulit dengan lakon Murwakala yang isi pokoknya mengatasi atau menghindari sesuatu kesusahan bathin. Dalam tradisi Jawa, orang yang berstatus sukerto atau berada dalam dosa, harus disucikan dengan ritual ruwatan, karena para sukerto diyakini akan menjadi mangsa Batara Kala, anak Batara Guru dengan Dewi Uma atas nafsu yang tidak terkendali dan anaknya menjadi raksasa, yang memangsa sukerto.
Didasari cerita itu, agar Sukerto tidak dimangsa Batara Kala, maka harus diruwat. Ada 177 ragam Sukerto diantaranya, anak tunggal dari lahir, anak tunggal karena saudara saudaranya meninggal, anak perempuan atau laki laki di tengah, anak lima perempuan atau laki laki semua, kembar dampit perempuan laki laki, anak yang selalu sakit sakitan serta anak yang lahir sebelum waktunya.
Pagelaran Wayang untuk ruwatan pun harus dilengkapi dengan sesaji seperti Tuwuhan, yang terdiri dari Ppisang Raja yang sudah matang setandan yang ditebang dengan batangnya, Cengkir Gading (kelapa muda), pohon Tebu dengan daunnya, daun Beringin, daun Elo, daun Dadap Srep, daun Opo-Opo, daun Ilalang, daun Koro, dan daun Kluwih yang semuanya terikat pada tiang pintu depan, berfungsi sebagai hiasan dan permohonan.
Sedangkan dua Kembang Mayang diletakkan dibelakang Kelir (layar), Ada Bunga Setaman dalam Bokor di dekat Dhalang, yang digunakan untuk memandikan Batara Kala dan para Sukerto. Api Arang didalam Anglo, Kemenyan (Ratus Wangi). Kain Mori putih sepanjang tiga meter, direntangkan dibawah batang Pisang ditaburi bunga Mawar sebagai alas duduk Ki Dhalang, sedangkan di belakang layar sebagai tempat duduk Sukerto dengan memakai selimut Mori putih.
Gawangan Kelir bagian atas terbuat dari bambu yang merentang diatas layar) dihias dengan kain batik baru lima helai, diantaranya kain Sindur, kain Bango Tulak dan dilengkapi dengan padi Segedeng empat ikat.
Berbagai ragam nasi seperti, Nasi Golong dengan perlengkapannya, goreng-gorengan, Pindang Kluwih, Pecel Ayam, sayur Menir. Nasi Uduk dilengkapi dengan ikan Lembaran, Lalapan, Ketimun, Cabe Merah dan Cabe Hijau, Bawang Merah, Kedele Hitam. Nasi Kuning dengan perlengkapan Telur Dadar tiga biji, Srundeng Asmaradana.
Bermacam-macam Jenang (bubur) yaitu Jenang Merah, Jenang Putih, Jenang Kalih, Jenang Baro-Baro (aneka bubur). Buah-buahan seperti Pisang Raja, Jambu, Salak, Sirih yang diberi uang, Gula Jawa, Kelapa, makanan kecil berupa Blingo yang diberi warna merah.
Kemenyan, bunga, air yang ditempatkan pada Cupu, jarum dan benang hitam-putih, kaca kecil, Kendi yang berisi air, Empluk (periuk yang berisi kacang hijau, kedele, kluwak, kemiri, ikan asin, telur ayam dan uang logam).
Benang Lawe, Minyak Kelapa yang dipergunakan untuk Lampu Blencong, walaupun siang tetap memakai Lampu Blencong. Sesaji berupa hewan seperti sepasang Merpati, sepasang Ayam Jawa dan Bebek sepasang. Juga dilengkapi dengan Rujak pada Bumbung, Rujak Edan (Rujak dari Pisang Klutuk dicampur dengan air tanpa garam), Bambu Gading lima ruas.
Kesemuanya itu diletakkan dinampan yang berisi Nasi Tumpeng, dengan lauk pauknya seperti Kulupan panggang telur ayam yang direbus, Sambel Gepeng, ikan sungai/laut dimasak tanpa garam dan ditempatkan di belakang layar diseberang Dhalang.
Sajen Buangan berupa Takir besar atau Kroso yang berisi Nasi Tumpeng kecil dengan lauk-pauk, Jajan Pasar berupa buah-buahan mentah serta uang logam. Sajen Buangan diletakkan di tempat-tempat khusus.Air Sumur atau Air Sendang yang dimasukkan kedalam buah kelapa. Kamar mandi untuk mandi Sukerto.
Setelah acara Ruwatan, semua sesaji dilarung di pantai Depok, pantai yang terdapat pertemuan aliran sungai Opak dan Sungai Progo, di Pantai Selatan untuk membuang semua kesalahan dan dosa agar para Sukerto kembali kepada keadaan yang suci untuk mencapai kesejahteraan.
Dengarkan Podcast Berita :
Audio clip: Adobe Flash Player (version 9 or above) is required to play this audio clip. Download the latest version here. You also need to have JavaScript enabled in your browser.