RRI-Jogja News, Tari Topeng Klana Gaya Slangit, Klana Gaya Palimanan, Klana Gaya Indramayu, secara koreografi dan cerita keseluruhannya sama yakni menggambarkan watak manusia yang sombong dan congkak, terkecuali Klana Gaya Losari, yaitu tokoh Klana yang mewakili seorang raja dan lebih menggambarkan ekspresi jiwa serta karakter topeng itu sendiri.
Hal itu diungkapkan Nur Anani S.Sn, kepada wartawan menjelang pementasan Tari Klana Topeng Gaya Cirebon yang berlangsung Senin malam (14/5) di Pendopo Tembi Rumah Budaya Jl. Parangtritis Km. 8,4 Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Bantul, Yogyakarta.
Menurut Nur Anani selaku mentor para penari Tembi Dance Club, di wilayah Cirebon Barat yakni, di Palimanan, Slangit dan Indramayu, tari topeng lebih kepada penggambaran karakter dari manusia atau filosofi kehidupan manusia semisal tari Topeng Panji yang menggambarkan bayi yang baru lahir hingga remaja yang beranjak dewasa.
Tari Topeng Tumenggung Kewibawaan juga menceritakan hal yang serupa, sedangkan Tari Topeng Losari lebih menceritakan tentang tokoh dari karakter topeng yang dikenakan sang penari. Adapun yang membedakan antara Tari Klana Topeng Cirebon dengan Gaya Losari adalah pada koreografi gerak, musik, penyajian dan kostum.
Dalam pementasan tersebut, Nur Anani, sangat menghayati tokoh yang dia perankan seakan menyerap enerji para penonton dirinya menari tanpa ada gerakan berhenti sejenakpun sehingga sangat menyulitkan bagi para fotografer untuk mengabadikannya karena setiap gambar yang diambil dipastikan bergoyang.
Penari yang menarikan Klana Cirebon Gaya Losari masing-masing, Nur Anani, Made Dyah Agustina, Kinanti Sekar Rahina, dan Cempaka Mita Rosinta. Untuk Klana Cirebon Gaya Slangit ditarikan oleh Tomi Uli, Klana Cirebon Gaya Slangit di tarikan oleh Irfan Hardian dan Tari Klana Cirebon Gaya Indramayu di tarikan oleh Bella Kirana.