RRI-Jogja News/L-09, “Bukanlah suatu kebetulan, jika saat ini saya berada di hadapan anda, saya percaya seluruhnya adalah rencana Tuhan,” ungkap Ayu Laksmi disela-sela pentas siaran langsung (live) di halaman TVRI Jl. Magelang Yogyakarta, pada Jum’at malam (6/7/2012).
Lebih lanjut Ayu Laksmi mengatakan, “Tak ada maksud apapun, sekiranya ada rasa tidak nyaman, namun hendaknya audience berkenan meluangkan waktu sejenak untuk memahami setiap konsep ruang dengan menempatkan diri pada irama yang disuka sekaligus meresapi setiap nilai dan isi musik yang ada”.
Ada sesuatu yang istimewa dalam pementasan Ayu Laksmi malam itu, melalui nada-nada dari kesebelas lagu kreasinya yang dikemas dalam album berjudul Svara Semesta, empat lagunya dimasukkan kedalam Ruang Pertama yakni Budaya dan Teknologi, masing-masing berjudul Tri Kaya Parisudha, Wirama Totaka, Duh Hyang Ratih dan Tat Twam Asi merupakan mantram pengagungan Tuhan dan semesta melalui gaya ungkap tembang kontemporer yang menggunakan bahasa Sangsekerta, Jawa Kuno dan bahasa Bali.
Sedangkan tujuh lagu yang lain dimasukkan kedalam Ruang Kedua yakni Manusia, masing-masing berjudul, Maha Asa, Brothers & Sisters, Here, Now, and Forever More Om Mani Padme Hum, Ibu, I Am Talking To Myself, Breathing dan Reinkarnasi. Ruang Kedua yakni Manusia, mengingatkan tentang lahir, hidup dan mati yang diperankan manusia sesungguhnya.
Ayu Laksmi merasa surprise setelah album terbarunya tersebut yang saat dia melakukannya (memproduksi) tanpa terbebani target apapun, masuk nominasi AMI 2012, dan kini dicari orang sebagai oleh-oleh dengan harga yang sangat tinggi mencapai 350-ribu rupiah per kepingnya.
Dengan album itu, Ayu Laksmi bermimpi menebar cinta kasih kepada sesama ummat manusia dan menyatukan cinta untuk dunia melalui spiritualitas (bukan melalui agama), suatu tema besar Unite Love For The World yang dia gelar dalam jangka waktu panjang di beberapa tempat.
Ayu Laksmi seniwati kelahiran Singaraja, Bali, 25 November 1967, telah menggelar dan turut berpartisipasi dalam banyak event diantaranya, Bali for the World, Gema Perdamaian, Do’a Bali Untuk Indonesia, Pray For Japan, Bhakti Sosial Penyembuhan Spiritual Indonesia, The Art of Living, dan One Giant Mind.
Pilihan tampil di Yogyakarta menurutnya sebagai daerah yang penuh dengan kesahajaan dan kesederhanaan sekaligus tempat lahirnya seniman-seniman besar Indonesia dan untuk itu dia menjuluki Yogyakarta adalah Another Soul of Paradise.