RRI-Jogja News, Tak keliru jika harapan Blanca Li menjadi kenyataan bahwa mereka merasakan kehangatan tersendiri atas sambutan publik Jogja saat mereka pentas.
Malam itu Jum’at (8/6) delapan pemuda asal Pinggiran Metropolitan Paris yang tergabung dalam “Elektro Kif” dengan arahan koreografer Blanca Li menghangatkan Auditorium Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya –P4TK Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Kaliurang Km. 13,3 Dusun Klidon, Desa Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman.
Dalam sambutan pembukaannya Direktur Institut Francais Indonesia –IFI LIP Yogyakarta, Xavier Ricard mengatakan, pertunjukan ini merupakan yang terakhir setelah pentas di Jepang, Cina, Pilipina, kemudian di Bandung dan Surabaya, kini hadir di Jogja.
Penonton yang memenuhi gedung pertunjukan modern kebanggaan Kabupaten Sleman, merasakan sajian selama dua jam tersebut terasa berlalu dengan cepat, meskipun Roger Bapet, Slate Hemedi Dindagila, Khaled Abdulahi, Arnaud Bacharach, Alou Sindibe, Adrien Sissoko dan William Falla, nyaris tidak pernah diam, senantiasa bergoyang, menggerakkan tubuh seiring lantunan irama elektro yang muncul di pinggiran Paris sejak akhir 2000-an.
Dalam saat yang bersamaan Blanca Li sebagai seorang koreografer dari Paris begitu tertarik dengan genre tarian bergaya dinamis dan urban banget yang dikenal dengan nama tektonik yang kemudian mengemas elektro dance tersebut kedalam format elektro kif.
Dalam pementasan merayakan Musim Semi Perancis 2012 di Yogyakarta, Blanca Li mengusung gaya elektro street dance urban, suatu gaya meliuk-liuk mempesona bercampur patah-patah, disko, vogue, popping dan loking, berasal dari jalanan Kota Paris bercampur dengan seni teater, tari kontemporer dan soundtrack musik yang menakjubkan yang akhirnya tercipta Elektro Kif.
Kepada RRI-Jogja, Jeremy yang didampingi William usai pentas mengungkapkan rasa senangnya bisa tampil di hadapan publik Jogja yang setahu mereka memang ramah dan penuh kehangatan menerima pengunjung.
Pesan yang disampaikan melalui Hip Hop Elektro Kif, mengisahkan tentang harapan, ketakutan, persahabatan, perkelahian dan persaingan casting antara delapan penari muda tersebut, mengikuti kegiatan sehari-hari mereka di Perguruan Tinggi, dengan perlengkapan meja-kursi ke delapan elektro dancer lewat gerakan tubuh menceritakan tingkah polah saat di ruang kelas, di ruang kerja, di ruang makan, dan arena bermain secara menyenangkan, tampak lucu, gesit, penuh warna dan anarkis diiringi aransemen lagu oleh Tao Gutierrez.
Gabungan techno music dengan elektro house, Afrobeat, sampling dan musik klasik tersebut sepenuhnya didukung penataan panggung oleh Luigi Tatose dan penata lampu oleh Sylvie Debare.