100 Hari Heru Kesawa Murti
- Monday, Nov 07 2011
- Written by Antok Wesman
- Hits: 811
RRI-Jogja News, “Wangi teh panas dan renyahnya kue-kue Kalimantan suguhan rapat Gandrik malam itu di rumah Pak Butet masih sangat lekat, seperti baru “disruput” dan “dikunyah” kemaren malam. Jangankan wedang dan cemilan, rencana-rencana kerja persiapan pementasan, gempar tawa ketika Pak Heru dan para tetua Gandrik saling berkelar (gegojekan parikeno) pun masih sangat lekat diingat tanpa harus memutar rekaman dan atau membuka catatan. Rapat Gandrik malam itu tidak ada yang ganjil atau pun firasat, namun keesokan harinya kami menerima berita mengejutkan bahwa Pak Heru meninggal dunia”, ungkap sahabat-sahabat terdekat Pak Bina menjelang peringatan seratus hari almarhum.
“Semua itu adalah peristiwa 100 hari yang lalu. Meskipun demikian, kenang-kenangan dan kenangan Pak Heru, menghadirkan gambaran kebersamaan masa lalu ke dalam masa kini dengan cara yang nampak nyata, membuat kami ragu di masa manakah saat ini kami berada. Berada dalam situasi demikian, kami pun memaknai bahwa memiliki rasa “kehilangan” adalah salah satu pertanda bahwa sesungguhnya kami memiliki”, imbuh mereka. Bernama asli RM Adrianus Heru Kesawa Murti, meniggal pada Senin siang, pukul 12 WIB (1/8/) di rumahnya di Tegal Senggotan, Tirtonirmolo, Bantul, Yogyakarta dikarenakan serangan jantung dan Jenazahnya dikebumikan pada hari Selasa siang pukul 14 WIB (2/8) di makam keluarga Bagong Kussudiardja di dusun Sembungan, Tamantirto, Kasihan, Bantul. Heru meninggalkan seorang istri, Muji Rahayu dan dua orang anak, Aditya Kameswara dan Surnia Sri Isyana.
Heru Kesawa Murti ternyata bukan hanya milik Teater Gandrik melainkan milik masyarakat seni (pelaku dan pecinta seni) Yogyakarta pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Kelahiran 9 Agustus 1957 di Yogyakarta dirnya merupakan anak kedua dari lima bersaudara dari ayah Handung Kussudyarsana, seniman dan budayawan Jawa, dengan ibu Sudjilah.
Dia menggeluti penulisan naskah dan pemeran teater di Indonesia. Pernah menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Seni Rupa, Akademi Seni Rupa Indonesia Yogyakarta (tidak tamat),dan Fakultas Filsafat UGM. Pengalaman berorganisasi seni teater, bersama Teater Kerabat (1976-1977) dan mendirikan Teater Gandrik di tahun 1983 sampai sekarang, bersama dengan Susilo Nugroho, Jujuk Prabowo, Sepnu Heryanto dan Saptaria Handayaningsih (Alm). Selain menjadi penulis lakon, almarhum juga menjabat sebagai Ketua Teater Gandrik pada tahun 2008–2011 (sampai dengan tutup usianya). Bersama teater inilah kreativitas seninya terwadahi, karena naskah-naskah tulisannya dipentaskan, dan kekuatan keaktorannya dipertunjukkan.
Selain di Teater Gandrik, Heru menulis cerita pendek dan esai budaya yang dimuat di koran daerah dan ibukota. Ia juga redaktur majalah pariwisata "Exploring Jogja", selain bermain sebagai aktor di panggung Teater Gandrik, ketoprak dan sinema elektronik, ia juga main dalam film diantaranya : Malioboro, Anak-anak Borobudur, Cewek Saweran, My Friend My Dream dan Kontak Tani.
Namanya dikenal luas di masyarakat, saat berperan dalam serial sinetron berbahasa Jawa "Mbangun Desa" yang ditayangkan seminggu sekali di TVRI Yogyakarta dari tahun 1988 sampai 2008. Ia berperan sebagai sebagai Pak Bina, nama tokoh yang ia perankan tersebut yang kemudian populer sebagai nama panggilannya.
Ia pernah bekerja sebagai Redaktur Majalah Praba (1989–1991) Pengajar di Padepokan Bagong Kussudiarjda (1992) Scriptwriter pada PT. Gatra (1993-1995), Scriptwriter pada PT. Genggam (1995-1996), Staff Litbang Lembaga Studi Jawa (1996-1998) Pengajar di Komunikasi D-3 Fisipol UGM, Program Studi Broadcast (1998).
Naskah-naskah karyanya antara lain; Orang-orang terasing, Kucing, Muara Putih Hati, Pena Tajam, Diam Itu Indah, Gincu, Surat Untuk Wakil Rakyat, serial mBangun Desa, serial Kompleks, serial Gatotkaca, serial Sirkuit Kemelut, Cinta dan Pasir, serial Malioboro, serial Cermin, serial Badut Pasti Berlalu, Dua Jaman, dll (naskah Sinetron). Tuan Residen, Kismet, Meh, Kontrang-Kantring, Pensiunan, Sinden, Pasar Seret, Isyu, Dhemit, Flu, Proyek, Juragan Abiyasa, Kera-kera, Orde Tabung, Upeti, Buruk Muka Cermin diJual, Brigade Maling, Departemen Borok, Parawira Pantene, Mas Tom (adaptasi dari "Tom Jones"-Henry Fielding) Pandol, dan Pasar Seret 3.
Atas segala kenangan dan kenang-kenangan Heru Kesawa Murti bagi keluarga, para sahabat, masyarakat kesenian dan kesenian itu sendiri, maka segenap sahabatnya akan mengenangnya dalam acara “Nyatus Dina” pada hari Selasa malam (15/11) bertempat di Karta Pustaka Jl. Bintaran Tengah No. 16 Yogyakarta.