You are now being logged in using your Facebook credentials

Pameran Tunggal I Gede Oka Astawa Di Taman Budaya Yogyakarta

Pameran Tunggal I Gede Oka Astawa, bertajuk “I+DIALOG+I” berlangsung di Taman Budaya Yogyakarta, 11-12 Maret 2014. “I+DIALOG+I” adalah pameran tunggal yang ke-3 dari perupa muda (25 tahun) mahasiswa ISI Yogyakarta, I Gede Oka Astawa, yang dibuka oleh Suwarno Wisetrotomo dan dikuratori oleh Hendra Himawan dengan penulis Sujud Dartanto.

Saat dikonfirmasi RRI atas kemunculan format baru kerjasama dengan komunitas non-Bali dalam menggelar sebuah pameran, Oka (panggilan akrabnya) menjelaskan, "Ada perasaan lega, bisa menemukan wawasan segar berkolaborasi dengan komunitas diluar adat, yang sebelumnya tak terpikirkan".

Dalam kerjasama itu Oka dengan teman-temannya yang bukan "Orang Bali" membentuk tim inti terdiri dari 10 orang dan beberapa teman diluar Tim seperti empat komunitas seni yang membuat karya kolaborasi merespon tema pameran, komunitas itu yakni Komunitas Kukomikan, Komunitas Tangan Reget, Komunitas Giginyala dan Komunitas Perupa Indonesia Timur.

Dalam kuratorialnya Hendra Himawan menyebutkan bahwa setiap seniman mempunyai tarikan tersendiri dengan lingkungannya. Sebagai bagian dari masyarakat dengan akar tradisi yang ketat, Oka Astawa tidak dapat melepaskan diri dari ikatan-ikatan norma yang telah dibebankan sejak lahir.

Pergulatannya sebagai seniman muda dalam ruang kultural masyarakat asal, menuntunnya pada dua kutub persoalan, antara subjektivitas diri dan tuntutan adat. Tarik menarik keduanya kemudian membawanya dalam persoalan bagaimana menjadi "seniman hari in".

Ketika persoalan sikap mental yang menjadi landasan lahirnya idealisme seniman dihadap-hadapkan pada tuntutan sebagai anak tunggal yang harus kembali kedaerah asal untuk menunaikan kewajiban adat. Pergulatan itulah yang kemudian membawa pemikiran Oka untuk mengkaji apa dan bagaimana sikap mental dari seniman itu seharusnya diasah dan diperjuangkan.

Menurut Hendra, Itu memang pertanyaan yang bisa jadi sangat subjektif, namun apa yang ditawarkan oleh Oka sesungguhnya menguji para penatap tentang seberapa penting ideologi yang dimiliki oleh seniman.

Andaikata wacana seni yang bergulir menyatakan bahwa tidak ada karya seni yang tidak politis, dalam arti ia merupakan bagian dari sistem wacana yang lebih besar, bersifat responsive (kausalitas) dan menjadi satu tawaran perspektif dari sebuah fenomena, dan mempunyai tujuan tertentu, lantas apakah kemudian kita abai dengan ideologi yang melatar belakangi lahirnya seni itu tadi?

Tentu setiap karya seni tidak semata-mata tercipta karena komposisi desain elementer semata, namun ada nilai-nilai yang diperjuangkan didalamnya. Kontekstualitas menjadi kanon utama dalam seni rupa kontemporer hari ini. Setiap seniman menghadirkan konsep kekaryaannya sebagai bagian dari keberpihakan dirinya atas fenomena yang ada.

Setiap bahasa visual yang tercipta, setiap aktivitas seni muncul tentu bukan tanpa substansi ideologi, tersemat nyata ataupun samar-samar, inilah sejatinya yang diperjuangkan oleh setiap seniman, jauh melampaui eksistensi atau keterbutuhan materi. Hal inilah yang setidaknya menjadi lontaran dialog yang ingin disampaikan Oka Astawa melalui aktivitas seninya Oka Art Project 2014. 

Mencari ‘diri’ sekiranya adalah kata kunci yang dapat menuntun setiap individu yang terlibat dalam project tersebut untuk terus bertanya pada diri, melakukan otokritik dan mungkin koreksi atas definisi “Apa dan bagaimana seni rupa saya”.

Acara pendukung pameran di Taman Budaya Yogyakarta, berupa pemutaran video dokumentasi berjudul “Holiday Art Sharing” wawancara dengan Made Wianta, Pande Gede Supada dan Nyoman Erawan. Dilanjutkan diskusi Komunitas Seni “Jejaring Komunitas”, kemudian Pameran Instalasi, Open Studio dan Performing Art.

Untuk diskusi Seni dengan tema “Ketika Orang Bali Merantau” menghadirkan pembicara Entang Wiharso dan Gede Arya Sucitra serta I Gede Oka Astawa. Acara diakhiri dengan pemutaran film dokumenter bertajuk “Oka Art Project 2014”.

 

Dengarkan Podcast Berita :

Audio clip: Adobe Flash Player (version 9 or above) is required to play this audio clip. Download the latest version here. You also need to have JavaScript enabled in your browser.

Share selected track on FacebookShare selected track on TwitterShare selected track on Google PlusShare selected track on LinkedIn

Login

Login With Facebook

info.anda

Politik

Awali Kampanye, Nasdem Tidak Gelar Rapat Terbuka RRI-Jogja News/K-06, Kampanye rapat umum terbuka untuk Pemilu Legislative mulai digelar secara serentak pada hari ini (16/3/2014). Namun, salah satu Partai Politik (Parpol), Nasional Demokrat (NasDem) memilih untuk tidak menggelar kampanye dengan model rapat umum terbuka. Menurut Aulia…

Seni dan Budaya

Komunitas Kereta Api Model Indonesia -ITMC RRI-Jogja News/L-09, Indonesia Trains Modelling Community (ITMC) dengan pimpinan berjuluk Presiden Kunto Wibisono dari Divre Jogjakarta dan Wakil Presiden Adhi Naharindra dari Divre Jawa Timur, berdiri 1 November 2007, menaungi para penggemar kereta model dari seluruh Indonesia. Pada…

Hukum

Seputar Kontroversi RUU KUHP dan KUHAP RRI-Jogja News/L-10, Kontroversi pembahasan RUU KUHP dan KUHAP terjadi terutama karena terdapat 12 pasal yang dianggap tidak pro dengan upaya pemberantasan korupsi dan melemahkan wewenang KPK misalnya dihapuskannya ketentuan penyelidikan, penahanan tersangka lebih singkat dan penyitaan…

Teknologi

Indigo Incubator 2014 Roadshow Jogja Menjaring Start-Up Baru RRI-Jogja News/L-09, Program Indigo Incubator kembali digelar dengan tema “Building Strong Digitalpreneur”, suatu program CSR (Corporate Social Responsibility) Telkom dengan menggelar Roadshow dalam rangka menjaring startup dan digital entrepreneur potensial. Setelah di Bandung,…