Orbituari Niesby Sabakingkin Dalam Sastra Bulan Purnama Di Tembi Rumah Budaya Bantul
- Tuesday, Jan 21 2014
- Written by Antok Wesman
- Hits: 85
RRI-Jogja News/L-09, Sastra Bulan Purnama memasuki edisi 29, yang diselenggarakan Jum’at, 17 Januari 2014, pkl. 19.30 di Tembi Rumah Budaya, Jl. Parangtritis Km 8,5, Tembi, Sewon, Bantul, Yogyakarta, memadukan cerpen dan puisi dalam satu pertunjukan sastra yang diolah secara dramatikal.
Tiga sutradara teater masing-masing, Merits Hindra, Puntung CM. Pujadi dan Nano Asamarandhana mengolah proses untuk menjadi pertunjukan, dan musik digarap oleh Pardiman Djojonegoro.
Ons Untoro, koordinator Sastra Bulan Purnama mengatakan, bahwa sejak awal Sastra Bulan Purnama memang mendasarkan diri pada pertunjukan sastra, sehingga dengan demikian sastra menjadi terasa hidup di depan publik.
“Model mengolah sastra menjadi pertunjukan tidak hanya dengan dramatisasi atau teaterikalisasi, tetapi bisa digarap dengan musik, dengan tari dan seterusnya. Bahkan bisa dibacakan seperti laiknya membaca puisi atau cerpen, tetapi penampilannya mampu menghidupkan imajinasi penonton” kata Ons Untoro.
Dua cerpen karya (alm) Niseby Sabangkingkin yang berjudul “Gundik” dibacakan Meritz Hindra dan dua pemain lainnya dan “Suami ke 1000” dibacakan aktor Liek Suyanto bersama anggotanya.
Puisi yang dibacakan, dan diperuntukkan bagi Niesby Sabakingkin karya Budhi Wiryawan, Syam Chandra, Sri Wintala Ahmad, Ons Untoro, Tegoeh Ranusastra Asmara, Daru Maheldaswara, Latief Noor Rochman dan Evi Idawati.
Selain dibacakan penyairnya sendiri, ditampilkan pembaca puisi lain untuk membacakan puisi, Sashmita Wulandari membacaka puisi karya Daru Maheldaswara, Umi Kulsum membacakan puisi Sri Wintala Ahmad, Ndari Sulandari dan Gege Hang Andhika membacakan puisi karya Ons Untoro dan Maria Widy Aryani membacakan puisi karya Latief Noor Rochman.
Karena Sastra Bulan Purnama sekaligus untuk mengenang seorang wartawan sekaligus pemain teater dan penulis cerpen Niesby Sabakingkin, maka diberi tajuk “Obituari Niesby Dalam Pertunjukan Sastra”.
Tampil pula, Sihono HT, ketua PWI Cabang Yogya, yang memberikan testimoni tentang Niesby. Azwar AN, aktor senior dan pimpinan Teater Alam, tidak ketinggalan memberikan testimoni.
Niesby Sabakingkin beberapa kali menghadari acara Sastra Bulan Purnama yang diselenggarakan di Tembi Rumah Budaya, meski dia belum sempat tampil membacakan karya sastranya. Pada saat Sastra Bulan Purnama menampilkan tema “Orang-orang teater membaca puisi” dan edisi lain mengambil tema “Wartawan Membaca Puisi” Niseby tidak ikut tampil.
“Saya tidak pernah menulis puisi” kata Niesby sambil tersenyum ketika diminta untuk ikut tampil di Sastra Bulan Purnama.
Dalam beberapa kali edisi, Sastra Bulan Purnama memang telah menampilkan karya sastra yang diolah menjadi pertunjukan, misalnya Ana Ratri, bersama komunitas difabel mengolah puisi Rendra menjadi pertunjukan teater.
Mila Rosita Sekar dan Made Diah Agustina tiga koreografer muda menggarap puisi menjadi pertunjukan tari modern, dan beberapa kali Jazzy puisi, yaitu mengolah puisi menjadi musik jazz.
Puntung CM Pujadi, penulis skenario dan sutradara teater memandang pentingnya sastra menjadi pertunjukan dan bukan hanya sekedar dibacakan. Apalagi cara membacanya tidak memiliki karakter.
"Dengan mengolah puisi menjadi pertunjukan, Sastra Bulan Purnama semakin diminati”, ungkap Puntung CM. Pujadi.
Dengarkan Podcast Berita :
Audio clip: Adobe Flash Player (version 9 or above) is required to play this audio clip. Download the latest version here. You also need to have JavaScript enabled in your browser.