Festival Equator Biennale Jogja XI
- Tuesday, Dec 20 2011
- Written by Antok Wesman
- Hits: 746
RRI-Jogja News, Selain Pameran Senirupa yang berlangsung dari 26 November 2011 hingga 8 Januari 2012, Biennale Jogja XI juga menggelar beberapa event pengiring, diantaranya Festival Equator yang melibatkan warga masyarakat di Kota Yogyakarta dan di ke-empat Kabupaten se Daerah Istimewa Yogyakarta, berupa pementasan yang di kemas dalam tajuk Umbul-Umbul.
“Umbul-Umbul adalah aktivitas yang mengajak masyarakat di Kulon Progo, Sleman, Bantul, Gunung Kidul dan Kota Yogyakarta untuk melihat ulang keyakinan dan keberagaman yang mereka praktikkan sendiri di masing-masing daerah” ungkap Yustina Nenny selaku Ketua Biennale jogja XI kepada wartawan Selasa (20/12).
Kabupaten Sleman, mementaskan Pelangi Jilbab pada 30 November 2011, berlangsung di Kampus Universitas Islam Indonesia –UII, suatu tampilan puluhan mahasiswi yang mengenakan beragam jenis dan warna-warni jilbab.
Kulon Progo menghadirkan upacara tradisi Kembul Sewu Sedulur yang biasanya digelar setiap Sapar, Rabu Pungkasan oleh warga desa Kayangan, namun untuk BJ kali ini digelar pada 8 Desember 2011.
Kehangatan Lorong Sarkem seni pertunjukan di suatu kamar losmen yang menampilkan 9 pekerja seks dari Perkumpulan Perempuan Pekerja Seks Yogyakarta membeberkan cerita pengalaman di dalam kamar tersebut pada hari Sabtu, 17 Desember 2011.
Bantul menghadirkan Pasar Mangiran dalam acara bernama Pasar dan Pasaran yang digelar pada Kamis, 22 Desember 2011, mulai jam 10 pagi, dengan menampilkan pentas Perkusi dan Tari Reog di tengah-tengah pasar.
Gunung Kidul diwakili oleh pemuda-pemuda Nglanggeran, Pathuk, yang menampilkan Wayang Inovatif dipimpin oleh Triyanto beserta Pemuda-pemuda Karang Taruna setempat, pada 31 Desember 2011, bertempat di Pendopo Obyek Wisata Gunung Api Purba Nglanggeran, mengangkat kisah Punokawan yang mereka yakini telah meletakkan gunung di desa mereka.
Selain Program Umbul-Umbul, juga di gelar Program Family Day di Taman Budaya Yogyakarta pada 11 Desember 2011 berupa lomba-lomba yang bernuansa India berikut akulturasinya semisal, Lomba Kolam untuk anak-anak yakni menyusun kerikil warna-warni menjadi hiasan lantai, Lomba Mahedi yaitu tattoo di tangan serta Lomba memasak Masakan India bersama Chef Martin.
Yang menarik dalam BJ XI kali ini adanya proyek kolaborasi antara seniman dan aktivis pluralis yang menunjukkan dinamika keberagaman dan sikretisme (jalan kehidupan) bebagai keyakinan di Yogyakarta.
“Pada level masyarakat bawah nyaris tidak pernah ditemui adanya konflik dikarenakan perbedaan agama, namun isu pluralisme muncul dan diangkat oleh kelompok kalangan menengah” ujar Joned Suryatmoko, Direktur Artistik Festival Equator saat Konferensi Pers Selasa Siang (20/12) di Dixie Café Jl. Affandy Gejayan Yogyakarta.
Dikatakan, “Proyek tersebut diantaranya menampilkan Kembang Setaman ada workshop pembuatan Rencana Program Pembelajaran –RPP bagi guru-guru kesenian dengan merefleksikan isu agama dan keberagaman.
Kemudian Proyek Ilir-Ilir Transjogja dimana anak-anak menyanyikan beberapa lagu tradisional seperti Ilir-Ilir di dalam Bus Transjogja dan program Piknik untuk anak-anak dengan mengunjungi beberapa rumah ibadah kemudian mereka saling menceritakan tempat ibadah masing-masing.
Program Kota Cinta Bollywood menyajikan tarian massal ala film-film India di Titik Kilometer Nol Kota Yogyakarta di setiap Minggu Pagi, melibatkan sanggar-sanggar senam serta masyarakat umum.
