Pentas Kolaborasi Dies Natalis Ke-28 ISI Yogyakarta

Rabu, 06 Juni 2012 02:10 Antok Wesman Dilihat: 23 Kali

RRI-Jogja News, Pergelaran Tari, Karawitan, Teater dan Kolaborasi Musik Etnis yang berlangsung Sabtu Malam (2/6) di Concert Hall Kampus ISI Sewon, menuntaskan serangkaian kegiatan perayaan 28 tahun Dies Natalis Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Diawali dengan pentas teater berjudul Eling-Eling karya Tony Broer dan Rano Sumarno, 12 mahasiswa Jurusan Teater terdiri dari delapan penari wanita dan empat aktor menyuarakan rasa keprihatinan terhadap peradaban yang semakin terkoyak disegala bidang termasuk di bidang ekonomi, budaya dan pendidikan.

Untuk itu melalui pertunjukan tersebut mengajak seluruh masyarakat untuk Eling pada keseimbangan hidup agar kedamaian disekitar kita senantiasa tercipta. Pentas berikutnya berupa tarian bertajuk “Mutih” menampilkan empat penari, yang menggambarkan hawa nafsu, rasa amarah dan keberingasan akan sirna dengan Kalacakra dan akan kembali putih.

Kemudian tarian Dhingklik Sindhen menampilkan tujuh penari yang mengisahkan tempat duduk atau dhingklik (bahasa Jawa) menjadin inspirasi karya bernuansa humor. Gerak dinamis dan ekspresif menjadi simbol semangat kerja para sinden dikaitkan dengan tingkah laku sehari-hari.

Pentas berikutnya berupa kolaborasi musik etnik menampilkan musisi musisi Surasak dari Thailand, Tanaka Hidetosi, Makoto Nomura dan Kumiko Jepang, Cminore Soler dari Argentina, dan dari Indonesia ada Amoris, Prasidha Lituhayu, Thoto Daeng Gassing, Nuryanto dan Eny Suryani.

Tarian trio berjudul “Aku” yang dimainkan oleh Diah yeti, Gung Mas dan Agus Yudis melukiskan rasa gembira, sedih dan galau yang menerpa. Namun melalui tiga sifat Buddhi, Manah dan Ahangkara yang membuat manusia memiliki karakter. Kemelut tersebut dituangkan dalam ekspresi gerak dan simbolisasi tiga warna yakni hitam, putih dan kuning.

Sedangkan karawitan berjudul “Teteg” dimainkan oleh 23 perempuan pengrawit, yang bermakna berani menghadapi segala persoalan. Dalam perspektif budaya Jawa, Teteg juga memiliki keselarasan makna dengan kata teguh pada pendirian. Karawitan tersebut berusaha memadukan ragam gaya yaitu gaya Surakarta, gaya Yogyakarta, gaya Nartosabdan dan gaya di luar Kraton, sehingga diharapkan mampu memberikan warna baru dalam ranah kekayaan karawitan pendukung sajian.

You are here:   HomeBeritaHeadline NewsHeadline NewsPentas Kolaborasi Dies Natalis Ke-28 ISI Yogyakarta

Seksi Berita

Share/Save/Bookmark