RRI-Jogja News, Dua belas penyair kawakan pada Sabtu Malam (7/4) mengisi acara Sastra Bulan Purnama Edisi ke tujuh yang mengambil tema “Membaca Puisi Meneguhkan Hati” berlangsung di Tembi Rumah Budaya Jl. Parangtritis Km 8,4 Timbulharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
Ke 12 penyair tersebut masing-masing, Adjie Sudarmaji Mukhsin kelahiran Yogyakarta, 26 Februari 1956, Atas S. Danusubroto dari Purworejo menulis puisi sejak 1970, Boedi Ismanto lahir di Tegal 24 Mei 1958, Jabrohim lahir pada tanggal 25 Desember 1952, Genthong Hariono Seloali dikenal dengan Genthong HSA kakek dari dua cucu, Iman Budhi Santosa kelahiran Magetan 28 Maret 1948, Landung Simatupang alias Landung Rusyanto lahir di Jogja 25 November 1951, Munawar Syamsudin lahir di Cirebon 6 November 1950, Mustowa W. Hasyim, Sutirman Eka Ardana kelahiran Bengkalis Riau pada tanggal 27 September 1952, Soekoso DM kelahiran tahun 1949 dan Wadie Maharief lahir di Prabumulih Sumatera Selatan pada 13 maret 1955.
Kepada RRI-Jogja penyelenggara kegiatan Sastra Bulan Purnama, Ons Untoro menjelaskan, aktivitas sastra sudah sejak lama mengisi Yogyakarta, bahkan pada masa itu, aktivitas sastra tidak bisa dilepaskan dengan aktivitas seni lainnya, dan tidak terpisahkan dengan aktivitas di kampus. Menyebut kegiatan sastra di Jogja tahun 1970-an, tidak bisa melupakan Persada Studi Klub –PSK yang diasuh oleh Umbu Landu Paranggi, karena di komunitas tersebut ada banyak penyair yang memulai menulis puisi dan oleh Umbu Landu Paranggi “dipawaikan”. Puisi yang dianggap sudah berhasil, setidaknya menurut penilaian Umbu, kemudian dimasukkan kedalam “Sabana”. Tidak semua penyair anggota PSK puisinya masuk kedalam Sabana.
Menurut Ons Untoro, "Untuk saat ini, bukan Sabana yang penting untuk dilihat, melainkan apakah penyair anggota PSK masih konsisten menulis puisi. Ternyata, penyair-penyair PSK tidak berhenti menulis puisi, setidaknya sekitar 12 penyair yang ditampilkan dalam acara Sastra Bulan Purnama edisi ke-7 kali ini merupakan penyair-penyair yang aktif menulis puisi".
"Sudah 40 tahun lebih mereka bergiat dibidang sastra dan puisi sebagai salah satu produk yang mereka tulis. Meski rata-rata usia mereka sudah 60 tahun , ternyata mereka tetap produktif, bahkan ada yang hampir setiap hari menulis puisi yang kemudian di-publikasikan melalu jejaring sosial facebook," ungkap Ons kepada RRI. "Tidak semua penyair di masa PSK (Persada Studi Klub) menjadi asuhan Umbu Landu Paranggi, karena ada penyair yang aktif menulis puisi namun tidak masuk PSK meski dirinya bergaul dengan kawan-kawan PSK seperti Genthong HAS dan Landung Simatupang," imbuhnya.