RRI-Jogja News, Festival seni rupa yang berlangsung 13 April hingga 27 April tersebut untuk memperingati satu abad almarhum Sultan Hamengkubuwono ke-9 dan dua-setengah abad Ngayogyakarta Hadiningrat.
Kurator pameran professor DR Dwi Maryanto dari Institut Senin Indonesia Yogyakarta menyebutkan, Sultan Hamengkubuwono ke-9 menginisiasi bergabungnya kasultanan Yogyakarta menjadi bagian dari Republik Indonesia tahun 1945.
Pada tahun 1946 almarhum memfasilitasi Yogyakarta sebagai ibukota Republik ketika Jakarta terancam oleh kehadiran kekuasaan colonial. Ketika Yogyakarta menjadi ibukota Republik Indonesia itulah, banyak tokoh masyarakat, tidak terkecuali para seniman datang dan ikut mengembangkan seni di kota ini.
Karena itu, konsep kuratorial mempertimbangkan apakah karya seni sesuai dengan karakter keistimewaan Yogyakarta dan memiliki potensi artistic seni Indonesia.
Sementara itu, wakil keluarga Kraton, KPH WIRONEGORO mengatakan, pameran akbar tersebut diharapkan memberikan pencerahan kepada para seniman dan masyarakat umum mengenai peran istimewa dari Yogyakarta dalam pengembangan kesenian di tanah air.
Pameran akbar seni kontemporer juga ajkan dimeriahkan dengan pameran arsip HB ke-9, seniman tentang Keberagaman sebagai esensi seni di Yogyakarta, serta apresiasi seni untuk anak-anak.