Perdagangan Global Rempah-Rempah Oleh Para Ratu Nusantara Dipentaskan Di Candi Ratu Boko
- Wednesday, Oct 30 2013
- Written by Antok Wesman
- Hits: 64
RRI-Jogja News/L-09, Instalasi raksasa kapal dari bambu berukuran 30x50x8 meter, dengan empat layar, merupakan napak tilas sejarah Nusantara sebagai Negara Maritim.
Hubungan nusantara dengan negara-negara dari berbagai belahan dunia baik dalam perdagangan rempah-rempah hingga pertukaran budaya menjadikan pelabuhan-pelabuhan besar berdiri.
Di Abad XVI para pemimpin perempuan Nusantara memperjuangkan keberadaan budaya tradisi dalam menghadapi Dunia Barat. Kebudayaan Bambu masyarakat Timur sudah berupa akulturasi dan modifikasi tradisi antara satu dengan yang lainnya berujud mulai dari peralatan rumah tangga, senjata, rakit, perahu hingga kapal.
Media bambu mewakili Ketimuran, semangat dan juga harapan. Semua itu tersaji dalam Gelar Karya Cipta Sendratari Baru Ratu Boko dengan tema “Mitos dan Legenda Para Ratu Nusantara Di Candi Ratu Boko” kreasi koreografer Sardono W. Kusumo yang berlangsung pada Jum’at dan Sabtu (18-19/10/13) di Pelataran Candi Ratu Boko Yogyakarta.
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti dalam sambutan pembukaannya mengatakan, “Sebagai bangsa Indonesia, kita pantas bersyukur karena dikaruniai berbagai keunikan, baik yang bersifat nilai tradisi, adat-istiadat maupun ekspresi seni yang memiliki kekayaan luar biasa”.
Di Jawa, hamparan ribuan situs-stus percandian menandakan kekayaan arkheologi yang menunjukkan kebesaran peradaban Nusantara. Kompleks Candi ratu Boko merupakan salah satu dari percandian, yang lokasinya relatif berdekatan dengan Candi Prambanan dan Borobudur, sebagai peringkat atas destinasi pariwisata budaya Yogyakarta - Jawa Tengah.
Komitmen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menempatkan nilai-nilai yang terkandung didalam peningggalan-peninggalan arkeologi tersebut sebagai sumber inspirasi dari satu perjalanan peradaban yang terus berkembang, maka keberadaan situs, relief, artefak beserta seluruh bentang kawasan yang melingkupinya diaktualisasikan kedalam berbagai ekspresi budaya yang menjalin keterkaitan antara masa lalu-masa kini dan masa depan.
Gelar karya Cipta Sendratari Baru Ratu Boko 2013 merupakan bukti nyata upaya tersebut. Sebagai sebuah ciptaan baru, dukungan riset sangat penting untuk bisa menjadi landasan didalam mengembangkan berbagai interpretasi kreatif.
Gelar Karya Sendratari di Kompleks Candi Ratu Boko saat Bulan Purnama muncul, merupakan hasil dari perjalanan penelitian serta uji coba, yang akan terus berkembang dan berproses menuju pada kesempurnaannya.
Usai pertunjukan, salah satu bintang pemeran, Ine Febrianti saat ditemui RRI mengungkapkan bahwa Candi Ratu Boko menurutnya merupakan sebuah panggung pertunjukan yang luas membentang tanpa adanya konotasi sepertihalnya Candi Borobduur yang Buddha dan Candi Prambanan yang Hindu, sehingga Candi Ratu Boko dapat mewujudkan lakon apapun.
Dalam gelar karya cipta baru tersebut, Sardono W. Kusumo juga menghadirkan lukisan Gunung Merapi berukuran besar replika karya Masterpice Raden Saleh di tahun 1800-an yang mengabadikan letusan Merapi saat itu.
Lukisan Raksasa Merapi Meletus diusung puluhan warga desa setempat perlambang bahwa dari merapi yang meletus muncullah bebatuan yang kemudian dipahat untuk menjadi candi-candi.
Pentas Diatas Perahu Raksasa terbuat dari bambu mengisahkan perjuangan Ratu Kalinyamat, sosok perempuan yang memimpin wilayah pesisir Utara berpusat di Jepara di abad ke-16 disaat perdagangan global komoditi rempah dari nusantara.
Ratu Kalinyamat tampil sebagai model perempuan aktif yang sadar akan kesetaraan jender dan menyadari bahwa kekuatan, kekuasaan dalam mengelola pemerintahan Jawa, lebih mengandalkan perdagangan dan ekonomi daripada militer, magis dan kewahyuan.
Pertunjukan berikutnya berupa peristiwa musikal dengan konsep vokal nusantara dari khasanah dan tradisi Ternate dan Tidore dilatarbelakangi Perahu Raksasa terbuat dari bambu.
Unsur kapal merupakan ekspresi kebaharian selaras dengan kebangkitan pelabuhan-pelabuhan nusantara disaat globalisasi rempah-rempah, hasil bumi dan perdagangan manusia di Amerika, Afrika dan Eropa.
Melalui sejarah terungkaplah bahwa para Ratu Nusantara telah berjejaring untuk bekerjasama menyerang Portugis di Malaka karena Portugis berupaya memblokir jalur perdagangan rempah-rempah nusantara.
Dengarkan Podcast Berita :
Audio clip: Adobe Flash Player (version 9 or above) is required to play this audio clip. Download the latest version here. You also need to have JavaScript enabled in your browser.