Profile Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Notonegoro
- Saturday, Oct 19 2013
- Written by Antok Wesman
- Hits: 3287
RRI-Jogja News/L-09, Pekerjaannya di UNDP (United Nations Development Programme) memang mengharuskannya untuk sibuk mengurus masalah krisis. Tetapi, di balik itu semua Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Notonegoro tetap bisa menjalani hobinya bermain musik dan menyelam.
Terlahir dari keluarga TNI AD membuat KPH Notonegoro harus tinggal berpindah-pindah untuk mengikuti orang tuanya. Pria kelahiran Jakarta, 27 Desember 1973 ini telah menghabiskan masa kecilnya di berbagai kota, mulai dari Jakarta, Bandung, Tangerang, Cimahi, Ambarawa, Salatiga, sampai Yogyakarta.
“Dengan tinggal berpindah-pindah ini saya jadi lebih bisa mengapresiasi perbedaan budaya, adat istiadat, dan bahasa. Walaupun itu membuat saya nggak bisa punya teman tetap dari kecil sampai besar, tapi saya jadi terbiasa untuk beradaptasi dan berteman dengan cepat.” kenang Notonegoro.
Sejak kecil, Noto juga sangat hobi membaca. Ia sangat menyukai buku-buku serial bertema fantasi seperti the “Wheel of Time”-nya Robert Jordan atau “Song of Ice and Fire” karangan George R.R. Martin yang sekarang terkenal sebagai serial TV “Game of Thrones”.
Pria yang bernama kecil Angger Pribadi Wibowo merupakan sosok yang sangat concern (peduli) terhadap masalah sosial dan politik global. Sewaktu di SMA, situasi politik di Timur Tengah yang menghangat membuatnya tertarik mengikuti dinamika politik internasional saat itu.
“Itu pertama kalinya saya menyaksikan pasukan multinasional bersekutu untuk melawan satu front. Hal itu membuat saya tertarik melihat peran PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) dalam mengusung perdamaian dunia. Jadi sejak SMA memang sudah kepengin kerja di PBB.” tandasnya.
Itu sebabnya dia memutuskan untuk mengambil Jurusan Hubungan Internasional di UGM saat kuliah di tahun 1992. “Saya mengambil jurusan ini karena tertarik pada isu-isu global dan organisasi internasional. Di sini, saya juga mengambil spesialiasi di Bidang Negosiasi dan Resolusi Konflik.” lanjutnya.
Pada tahun 2002, Noto melanjutkan studinya di School of Economic Sciences, Washington State University, Jurusan International Development. “Saya mengambil jurusan ini karena ingin menambah pengetahuan mengenai isu-isu global terutama masalah-masalah pembangunan seperti kemiskinan, lingkungan hidup, krisis (konflik/bencana), dan lain-lain.”
Putra dari Kolonel Kavaleri (Purn) Sigim Mahmud dan Raden Ayu Nusye Retnowati, KPH Notonegoro sempat menjabat sebagai Project Manager Marketing Internasional di sebuah perusahaan swasta bernama PURA Group Kudus, sebelum akhirnya mulai meniti karirnya di UNDP.
UNDP adalah jaringan pembangunan dunia di bawah PBB yang mempromosikan perubahan dan menyediakan akses ke pengetahun, keahlian dan sumber daya yang diperlukan oleh masyarakat untuk memajukan kehidupan.
“Saya mulai bekerja di UNDP Indonesia pada tahun 2006. Awalnya bergelut di bidang Pemulihan Bencana, kemudian beralih ke Pengurangan Resiko Bencana selaku Programme Manager. Sejak tahun 2010 saya menjabat sebagai Assistant Country Director yang mengepalai unit Perencanaan, Pengawasan dan Evaluasi di UNDP Jakarta, sebelum akhirnya saya dipindahtugaskan ke Amerika Serikat pada tahun 2012.” tutur Notonegoro.
Saat ini Noto bekerja sebagai Management Specialist UNDP di New York, A.S. bertugas mengurusi masalah Business Continuity Management yakni yang memastikan bahwa UNDP tetap bisa bekerja melayani masyarakat meskipun dilanda krisis.
Dia bertanggung jawab terutama untuk Markas Besar New York, seperti misalnya pengalaman menangani badai Sandy tahun lalu. “Wah, baru juga sebulan pindah ke New York udah harus menangani badai sebesar itu. Untungnya semua berjalan lancar. Kami bisa menjaga kelangsungan fungsi-fungsi utama dalam organisasi” kenangnya.
Tugasnya tidak terbatas di New York saja. “Kalau ada negara yang terkena krisis, saya juga ikut repot membantu teman-teman di lapangan” tukas Noto yang mengaku saat ini sedang dalam kondisi stand-by untuk dikirim sewaktu-waktu ke Timur Tengah. Lebih lanjut Noto bercerita bahwa ia juga bertanggung jawab untuk keseluruhan sistem manajemen resiko di UNDP.
Anak pertama dari tiga bersaudara ini juga hobi bermusik. Ia gemar bermain piano, gitar, dan juga tergabung dalam beberapa kelompok paduan suara semenjak remaja. “Waktu SMA saya bergabung di Paduan Suara Padmanaba, kemudian waktu kuliah gabung di Paduan Suara Mahasiswa UGM. Di U.S., saya bergabung di Washington State University Concert Choir sebagai Baritone Solist, kemudian United Nations Singers New York dan juga Big Apple Chorus New York,” ungkapnya.
Penyuka musik-musik klasik tersebut langsung bersemangat ketika ditanya tentang musik-musik yang digemari. “Wah banyak, dari musik opera, musical, orkestra, jazz, acapella, bossanova sampai samba, saya suka semua.” jawabnya fasih. “Tapi saya juga suka mainin lagu daerah lho, termasuk dangdut, misalnya ‘Anoman Obong’ atau ‘Kegagalan Cinta’.” tambahnya seraya tersenyum
Selain musik, Noto pun memiliki hobi menyelam.“Saya pernah menyelam di banyak tempat di Indonesia, dari Pulau Weh di ujung Barat, Raja Ampat di Timur, Manado di Utara sampai Pulau Alor di Selatan. Saya juga pernah ke Wakatobi, Derawan, Gorontalo, Karimun Jawa, juga Bali. Walaupun belum pernah menyelam di negara lain, saya yakin keindahan bawah laut di Indonesia tidak ada tandingannya” tuturnya.
Setelah resmi bertunangan dengan GKR Hayu, pria yang menyandang nama dan gelar lengkap Kanjeng Pangeran Haryo Notonegoro ini mengaku bahwa nama barunya adalah tanggung jawab yang harus selalu dijunjung karena menyiratkan doa dan harapan. Ia berjanji akan berusaha sebaik-baiknya supaya bisa memenuhi harapan tersebut.
Ke depannya Notonegoro ingin terus bisa berkontribusi untuk masyarakat dan kemanusiaan. “Saya ingin terus bekerja dibidang kemanusiaan, terutama yang berkaitan dengan pembangunan di negara-negara yang terkena krisis.” tuturnya menutup perbincangan.
Referensi dikutip dari sumber resmi Kraton Yogyakarta
Dengarkan Podcast Berita :
Audio clip: Adobe Flash Player (version 9 or above) is required to play this audio clip. Download the latest version here. You also need to have JavaScript enabled in your browser.