Profile Gusti Kanjeng Ratu Hayu
- Saturday, Oct 19 2013
- Written by Antok Wesman
- Hits: 962
RRI-Jogja News/L-09, Dilahirkan menjadi Puteri Raja tidak serta merta membuat sosok Gusti Kanjeng Ratu Hayu atau yang kini kerap disapa Gusti Hayu lantas harus selalu pendiam dan kalem. Sebaliknya, putri ke-empat Sultan Hamengku Buwono X tersebut adalah sosok yang ceria, periang, bahkan cenderung tomboy.
Gusti Hayu lahir di Yogyakarta, pada 24 Desember 1983. Ia terbiasa menghabiskan masa sekolahnya di berbagai negara. Mulai dari sempat mengecap bangku SMP di Brisbane, Australia, SMA di Singapura, serta kuliah di Amerika Serikat dan di United Kingdom (Inggris).
Sejak kecil, Hayu mengaku gemar bermain game, puzzle, dan juga Lego. Ia juga gemar balapan sepatu roda. Kegemarannya yang satu ini bahkan bisa mengantarkannya menjadi Juara Kejuaraan Nasional Sepatu Roda tahun 1992 untuk kategori Speed Skating. Sekilas, hobi-hobinya ini memang membuat perilaku dan penampilan Hayu menjadi sedikit boyish. “Itu sebabnya aku dibilang satu-satunya anak laki-laki di keluarga.” ujar putri keempat dari lima bersaudara ini sambil tertawa karena terkenang masa kecilnya.
Ia sempat selama setahun mengenyam pendidikan SMP di Brisbane, Australia, namun memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Hayu lalu melanjutkan pendidikan SMA-nya di SMAN 3 Padmanaba Yogyakarta. “Aku cuma setahun di SMA 3, sebelum akhirnya melanjutkan di International School of Singapore supaya kuliah di luar negeri nya menjadi lebih mudah.”
Orang tua Hayu memang mengharuskan semua anaknya untuk kuliah di luar negeri untuk melatih kemandirian. “Kita di Jogja terbiasa untuk dimanjakan fasilitas dan dibantu orang, makanya harus dilempar keluar negeri sendiri. Selain itu, kuliah di luar negeri bisa melatih kerjasama dan membangun Network (jaringan) dengan orang-orang dari berbagai belahan dunia.” tutur Hayu lagi.
“Saya ke United States pertama kali karena sama Ibu tidak boleh cari negara yang dekat. Kata Ibu, kalau bisa sejauh mungkin biar nggak sering-sering pulang.” Jawab Hayu seraya tersenyum ketika ditanya mengapa memilih untuk kuliah di Amerika. “Saya setelah itu memutuskan kuliah ke Inggris karena ingin merasakan sistem edukasi yang berbeda.” lanjut Hayu.
Terlahir menjadi seorang putri raja tentu saja membuat Hayu mau tidak mau menjadi berbeda dengan wanita-wanita lain. “Memang, mau tidak mau, aku juga harus selektif dalam memilih teman dan bergaul. Kadang juga harus jaim, karena mau nggak mau orang-orang akan selalu punya ekspektasi sendiri terhadap sosok putri Kraton.” jawab Hayu.
Terlepas dari semua itu, Hayu merasa, ia harus mempergunakan status yang ada sebaik-baiknya. Menyandang status putri Raja membuat Hayu merasa berkewajiban untuk melakukan sebuah perubahan. Kemudahan mendapat akses channel dimanfaatkan untuk merealisasikan perubahan yang diinginkan. Begitu juga dengan pendidikan, Hayu yang sejak SMP bisa menghabiskan masa sekolah hingga perguruan tinggi di luar negeri merasa kesempatan tersebut patut dia syukuri.
Beranjak kuliah, Hayu memutuskan untuk mengambil jurusan di bidang teknologi. Hayu memang sejak kecil selalu menyukai hal-hal yang berbau teknologi dan komputer. “Jadi waktu kecil kalau ditanya besok kepingin jadi apa, aku selalu jawab kepingin jadi ahli komputer agar bisa membobol bank.” tukas Hayu seraya tergelak.
Seiring dengan berjalannya waktu, Hayu memahami bahwa teknologi bisa menjadi salah satu cara untuk membangun negeri ini. Awalnya Hayu mengambil jurusan Computer Science di Steven Institute of Technology, AS. Namun karena merasa bakat dan minatnya ada di bidang IT yang lain, Hayu lalu berpindah haluan mengambil jurusan di bidang Design dan IT Project Management di Bournemouth University, Inggris.
Setelah lulus kuliah, Hayu pernah bekerja di sebuah perusahaan software untuk internet banking di Jakarta, dan juga di perusahaan game Gameloft di Jogja. Pengalamannya bekerja di bidang teknologi itu membuatnya saat ini dipercaya untuk mengurus Tepas Tandha Yekti, yakni sebuah Divisi baru di Kraton yang bertugas menangani urusan IT dan Dokumentasi.
Keresahan Hayu terhadap pengetahuan IT di kalangan pemerintahan membuatnya bermimpi untuk memperbaiki kondisi e-government di Indonesia. Kelak, Hayu bercita-cita untuk membuat perusahaan IT yang fokus pada e-government yang juga mengedukasi serta memberikan solusi untuk kebijakan-kebijakan pemerintah. “Kebijakan pemerintah kan harus ada Payung Hukum-nya. Hal ini ada di tangan pembuat kebijakan dan bukan teknisi. Jadi, seharusnya para pembuat kebijakan itu juga punya awareness of technology agar bisa bermanfaat bagi masyarakat.” ujar Hayu.
Teknologi yang identik dengan kemajuan dan modernitas dunia ternyata tetap menjadi hal penting yang tertangkap oleh mata Puteri Kraton ini. Tinggal dalam lingkungan yang kental dengan adat-istiadat ternyata tetap membuat Hayu menyadari pentingnya sentuhan modernitas bagi kehidupan. Itu sebabnya, ia memiliki kepedulian untuk bergelut pada dunia teknologi yang kelak dapat bermanfaat bagi banyak orang dan menjadi sumber edukasi bagi masyarakat.
Bagi Hayu, apapun yang ingin ia capai dan apa yang menjadi hobinya harus tetap berjalan. “Passion-ku adalah teknologi dan aku ingin bisa membantu orang lain. Aku pikir mengembangkan E-Government itu adalah salah satu cara, karena dengan itu, aku bisa mengedukasi policy maker sehingga efeknya ke bawah akan akan lebih terasa.” tukas Hayu.
Referensi dari sumber resmi Kraton Yogyakarta
Dengarkan Podcast Berita :
Audio clip: Adobe Flash Player (version 9 or above) is required to play this audio clip. Download the latest version here. You also need to have JavaScript enabled in your browser.