Garis Imajiner Merapi-Tugu-Kraton Yogyakarta-Panggung Krapyak-Laut Selatan
- Saturday, Oct 19 2013
- Written by Antok Wesman
- Hits: 103
RRI-Jogja News/L-09, Kraton Yogyakarta awalnya adalah sebuah hutan tropis bernama Alas Mentaok yang kini sudah berubah menjadi pusat kota dan pusat kebudayaan di Yogyakarta. Kekuatan Kraton memang secara politik sudah bergeser dalam pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta maupun Indonesia. Namun, Kraton tetap mempertahankan fungsinya sebagai cagar budaya yang bertugas untuk melestarikan, menjaga, mempertahankan kebudayaan Yogyakarta. “Tugas Kraton itu ya untuk menjaga dan melestarikan budaya yang ada,” tutur KRT Purwowinoto, Abdi Dalem Kraton Yogyakarta.
Bangunan Kraton membentang dari Utara ke Selatan. Halaman depan Kraton disebut Alun-Alun Utara dan halaman belakang disebut Alun-Alun Selatan. Jika diamati dari peta, Gunung Merapi, Tugu, Kraton Yogyakarta, Panggung Krapyak dan Laut Selatan terletak dalam satu garis lurus. Garis ini menunjukkan konsep Hablum Minallah-Hablum Minannas yang maksudnya adalah perlunya menjaga keseimbangan hubungan antara Manusia dengan Tuhan serta hubungan Antar Sesama Manusia.
Perjalanan dari Panggung Krapyak di Selatan menuju pusat Kraton adalah kiasan tentang asal muasal (sangkan) kehidupan manusia, sementara perjalanan dari Tugu Pal Putih di Utara menuju Kraton adalah perlambang bagi tahapan hidup manusia menuju tujuannya yang hakiki (paran).
Kraton Yogyakarta berdiri menghadap Alun-alun Lor di utara. Dulunya, Alun-alun berfungsi sebagai tempat berkumpul masyarakat, tempat latihan militer prajurit Kraton dan perayaan-perayaan tradisional. Saat ini, Alun-alun lebih sering digunakan untuk ritual-ritual tahunan seperti Garebeg dan Sekaten.
Kraton dilindungi oleh benteng berbentuk persegi panjang dengan menara penjaga di setiap sudutnya. Kraton juga memiliki dua gerbang utama, Gladak dan Pangurakan, yang terletak di utara Kraton. Selain itu terdapat lima gerbang lainnya yang dinamakan dengan Plengkung.
Secara tata ruang, Kraton Yogyakarta terdiri dari sejumlah kompleks yang tersusun berjajar ke arah Utara-Selatan seurut sumbu utama kota. Masing-masing kompleks berupa halaman atau pelataran yang dilingkupi oleh tembok keliling dengan beberapa bangunan yang terletak di tengah maupun sepanjang tepiannya.
Berturut-turut dari Utara ke Selatan kompleks yang membentuk Kraton Yogyakarta adalah, Alun-alun Utara, Pagelaran-Siti Hingil Utara, Kemandhungan Utara, Srimanganti, Kedhaton, Kemagangan, Kemandhungan Selatan, Siti Hingil Selatan dan Alun-alun Selatan.
Kompleks Kedhaton yang menjadi pusat keseluruhan Kraton diapit di sisi timur dan baratnya oleh Kompleks Kasatriyan dan Keputren. Kedhaton merupakan pusat konsentrik dari tata ruang dan merupakan tempat paling dalam dan keramat di Kraton. Kedhaton terdiri dari Gedong Jene (kediaman Sultan), Gedhong Prabayeksa (tempat menyimpan pusaka), Gedhong Purwaretna (Kantor Sultan), Bangsal Kencana (Ruang Pertemuan), dan Bangsal Manis (tempat Sultan menjamu tamu-tamu penting).
Di sebelah Barat Kedhaton ada ruang yang disebut Keputren (tempat istri dan putri raja), Tamanan, Masjid Panepan (tempat sholat dan meditasi Sultan). Di sebelah timur Kedhaton ada Kasatriyan untuk para pangeran. Di utara Kedhaton terdapat Bangsal Sri Menganti, yakni ruang untuk menemui tamu Sultan yang tidak terlalu formal dan semi formal. Di utara Sri Menganti terdapat Kemandhungan Lor atau Keben yang merupakan taman yang sangat luas.
Kraton Yogyakarta masih selalu melaksanakan upacara-upacara kerajaan. Upacara Kerajaan biasanya dilakukan di Siti Hinggil yang di dalamnya terdapat dua ruang utama yaitu Bangsal Witana dan Bangsal Manguntur Tangkil. Sedangkan serambi yang menghadap Alun-Alun Utara dinamakan Pagelaran. Di sebelah Barat Alun-Alun Utara terdapat Masjid Gedhe yang digunakan untuk syiar agama.
Untuk melanggengkan kebudayaan, masih ada tradisi dan upacara yang dilaksanakan Kraton, seperti Upacara Siraman Pusaka, Upacara Labuhan, dan Upacara Garebeg. Upacara Siraman Pusaka adalah upacara mensucikan pusaka yang dimiliki Kraton. Dalam upacara ini hanya Abdi Dalem laki-laki yang boleh melaksanakannya. Upacara Labuhan adalah membuang sesuatu di tempat suci (gunung atau laut). Upacara Garebeg atau yang dikenal dengan Grebeg biasanya dilakukan saat hari raya Islam, tujuannya adalah menunjukkan rasa syukur.
Di Kraton, masyarakat diperbolehkan melihat koleksi-koleksi peninggalan Kraton sejak dahulu yang dipelihara dan dirawat dengan baik. Lalu terdapat pula koleksi batik dan tata cara pembuatannya, serta berbagai koleksi gamelan yang selain bisa dilihat juga bisa dinikmati alunan indahnya di Kraton. Selain itu, masyarakat umum juga bisa melihat arsitektur Kraton yang masih dipertahankan keasliannya.
Yang unik dari Kraton Yogyakarta adalah tetap dipertahankannya struktur kerajaan di dalamnya. Pemerintahan kerajaan yang masih lengkap dan komplit ini menjadikan Kraton Yogyakarta sebagai cagar budaya yang hidup. Para pegawai yang mengabdi dan bekerja kepada Kraton ini dinamakan Abdi Dalem.
Dalam menjalankan kegiatan-kegiatannya, Kraton dibantu oleh Abdi Dalem. Terdapat dua jenis Abdi Dalem, yakni Abdi Dalem Punakawan dan Abdi Dalem Kaprajan. Abdi Dalem Punakawan merupakan Abdi Dalem yang memiliki tugas pokok harian di lingkungan Kraton serta mendapatkan imbalan. Sedangkan Abdi Dalem Kaprajan adalah Abdi Dalem yang berasal dari pegawai instansi pemerintah, baik yang sudah pensiun atau masih bekerja sebagai karyawan namun ingin mengabdi kepada Kraton.
Abdi Dalem di Kraton Yogyakarta mempunyai 4 tingkatan yaitu: Jajar, Bekel Anem, Bekel Sepuh untuk tingkatan pertama; Lurah, Penewu dan Ngabehi untuk tingkat kedua; Wedono, Riyo Bupati Anom, Bupati Anom untuk tingkat ketiga; dan untuk tingkat keempat atau yang paling tinggi ada Bupati Sepuh, Bupati Kliwon dan Bupati Nayoko.
Para Abdi Dalem Kraton dikenal akan kecintaan dan keikhlasan mereka mengabdi pada Kraton. Gaji para Abdi Dalem terbilang tak seberapa, namun mereka tetap setia demi menjaga eksistensi budaya Kraton. Abdi Dalem memang menjadi agen pelestari budaya melalui kesetiaan yang mereka tunjukkan. Maka, tak berlebihan jika mengatakan bahwa Abdi Dalem Kraton ini merupakan aset paling berharga yang dimiliki Kraton Yogyakarta.
Tidak heran jika mengunjungi Kraton, ciri khas dan keindahan budayanya tidak hanya dapat terasa dari arsitektur bangunan serta koleksi peninggalannya, namun juga dari keramahan dan kesantunan para Abdi Dalem-nya. Singkatnya, gambaran sederhana tentang budaya dan keindahan Yogyakarta dapat terwakilkan dalam satu tempat yang menarik dan sangat memukau, yakni Kraton Yogyakarta.
Referensi dikutip dari sumber resmi Kraton Yogyakarta
Dengarkan Podcast Berita :
Audio clip: Adobe Flash Player (version 9 or above) is required to play this audio clip. Download the latest version here. You also need to have JavaScript enabled in your browser.