Pilih Streaming Siaran Anda

Gamelan Gaul 2011 Di Monumen SO 1 Maret Jogja

13
Nov 2011
  • Sebelumnya
  • 1 of 5
  • Selanjutnya

RRI-Jogja News, Ratusan pengunjung di Pelataran Monumen Serangan Oemoem (S.O.) 1 Maret tak beranjak dari tempat duduk mereka meski hujan rintik-rintik mengguyur kawasan Kilometer Nol Kota Yogyakarta malam itu Jum’at (11/11). Mereka asyik menikmati sajian apik pementasan Gamelan Gaul 2011 yang sangat atraktif, betapa tidak, suatu konsep baru yang menampilkan permainan gamelan dipadukan dengan permainan gitar elektrik dan keyboard, sementara sang vokalis melantunkan lagu-lagu sweet-rock yang sudah akrab di telinga, memicu penonton ikut menyanyikannya, ditambah penari latar yang kesemuanya anak-anak muda mengenakan kostum layaknya pemandu sorak persis didepan panggung berhadapan langsung dengan penonton. Suatu format sajian yang menarik dan cocok untuk anak-anak muda.

Diantara deretan penonton yang duduk tertib membentuk setengah lingkaran ada beberapa wajah bule dan kami mencoba mengajaknya berbincang-bincang, “excuse me, may I ask You about this performance?”. Mereka bule dari Perancis, Ben Simon bersama-sama ke-tiga temannya masing-masing Claire, Paul dan Sophie, beberapa hari ini mereka menetap di suatu losmen yang berada di Sosrowijayan, sesaat mereka melintas dari Kraton, mereka melihat adanya sajian ini, dan mereka sangat senang bisa menyaksikan pertunjukan “live” musik tradisional metalophone khas Indonesia yakni gamelan yang dikolaborasikan dengan instrument musik elektrik. Tampak secara bergantian Simon dan Claire berulang-ulang mengabadikan setiap grup yang tampil di moment tersebut.

Salah satu penampil yakni grup bernama “Plenthong Konslet” terdiri dari 10 personil alumnus Sekolah Menengah Musik - SMK N2 Yogyakarta, dan kini sebagian kuliah di ISI (Institut Seni Indonesia) dan sebagian lagi di UNY (Universitas Negeri Yogyakarta). Widas Pratama, sang vokalis selaku juru bicara Plenthong Konslet kepada RRI-Jogja menjelaskan tentang pilihan kelompoknya menyuguhkan musik rock yang enak didengar. “Ada enerji tersendiri kalau kami memainkan rock diiringi gamelan” ungkapnya. Dalam grupnya ada Dadang Maulana dan Rimba penabuh saron, kemudian Tegar pada Demung, Rifki pada Bonang, Kendang dimainkan oleh Gimbas, dan Adi memetik Gitar elektrik, Bassis-nya Herdian, drummer-nya Gandi dan keyboard dimainkan oleh Afif.

Pesannya yang disampaikan kepada sesama anak muda, melalui rrijogja.co.id yakni, “Temen-temen, janganlah meninggalkan budaya yang sudah ada, banyak koq caranya, diantaranya dengan membuat music rock dipadu gamelan”. “Gamelan Gaul adalah wahana menumpahkan rasa dan menunjukkan bahwa gamelan itu bagus” pungkasnya.

Ada delapan grup anak muda, tiga diantaranya berasal dari luar Jogja masing-masing grup “Mustrad” dari SMA N2 Bandar Lampung, grup “SaratusPersen dari Bandung dan grup “The Nine Percussions” dari Surabaya. Sedangkan yang dari Yogyakarta selain Plenthong Konslet yakni, grup “Teater Lilin”, “Sakasada” dan “Prasasti”.

Project Manager Gamelan Gaul 2011, Bagus Arianto Saputro Nasution (Bagus Rian) dari Komunitas Gayam 16 Yogyakarta kepada RRI-Jogja mengatakan, “Melalui tematik The Game Land, dimaksudkan ingin mengajak anak-anak muda menyukai Gamelan lewat sajian-sajian yang dibawakan oleh anak-anak muda sendiri dan disesuaikan dengan selera anak-anak muda itu sendiri”.

Prestasi Komunitas Gayam 16 dalam aksinya membumikan gamelan di kalangan anak muda tak perlu disangsikan lagi, setelah sukses penyelenggaraan Yogya Gamelan Festival sebagai ajang berkumpulnya musisi dan pecinta gamelan dari seluruh dunia, mereka kini melanjutkan misinya dalam bentuk baru Gamelan Gaul, suatu cita-rasa anak muda.

You are here Nasional Budaya Gamelan Gaul 2011 Di Monumen SO 1 Maret Jogja