RRI-Jogja News, Malam itu (Sabtu, 28/1), ratusan pengunjung yang didominasi anak-anak muda dan bule-bule yang ada di Jogja menggetarkan Gedung Konser Taman Budaya Yogyakarta dengan goyangan dan gerakan yang nampak seragam mengikuti irama Reggae yang menghentak mengalun nyaman dinikmati.
Tak ayal seluruh pengunjung yang duduk dikursipun ikut mengangguk-angukkan kepala ataupun sekedar menggerak-gerakkan kaki mengikuti suasana, tatkala Ras Muhamad yang berkolaborasi dengan Uwe Kaa and One Drop Band dari Jerman tampil di panggung.
Uwe Kaa adalah seorang penyanyi asal Jerman yang sudah mulai bernyanyi sejak pertengahan 1990-an. Diawali dengan menyanyi Rap, Kaa lalu berkembang menjadi seorang penginterpretasi musik Reggae. Oleh karena berasal dari Jerman, Kaa tetap mempertahankan Bahasa Jerman sebagai lirik pada musiknya. Baginya, musik adalah alat komunikasi universal, yang tidak tergantung batasan bahasa.
Hubungan Indonesia-Jerman semakin terbuka. Festival musik Reggae internasional terbesar ada di Jerman dimana setiap tahunnya digelar festival Reggae sebanyak enam hingga tujuh kali, dan setiap festival berlangsung selama tiga hari serta mampu menarik puluhan ribu pengunjung. Kelompok Reggae di Indonesia terbanyak jumlahnya di ASEAN, tercatat ada dua ratusan grup musik Reggae terdaftar dalam Indonesia Reggae Society.
Goethe Institut Jakarta berinisiasi menggelar Jerman-Indonesia Reggae Tour 2012 bersama UweKaa and One Drop Band, musisi dari Munich, Jerman dan Raja Reggae Indonesia, Ras Muhamad, berlangsung di empat kota besar di Tanah Air yakni di Jakarta di Rolling Stone Cafe (26/1), Yogyakarta di Taman Budaya (28/1), Surabaya di CCCL (31/1)dan Manado di Haha Mega Hall (3/2).
Tour Reggae tersebut sebagai wujud diplomasi budaya dengan menggabungkan musisi Jerman dengan musisi Indonesia. “Jogja sangat mantab, antusisme masyarakat disini sangat tinggi.,” ungkap Ras Muhamad saat dijumpai RRI-Jogja di ruang rias usai menyanyikan lagu-lagu karyanya sendiri.
Ras Muhamad Sejak bermukim di New York tahun 2003, memperoleh kesempatan belajar dari musisi Reggae Jamaika yang tinggal di Brooklyn, New York, lewat piringan hitam atau dubplates (vinyl) di Perusahaan Brooklyn Sound Systems. Masa-masa tersebut sangat mempengaruhi pengembangan kemampuan gaya Ras Muhamad dalam menyanyi atau nge-Deejay (sebutan nge-Rap dalam bahasa slank Jamaika).
Pembelajaran tersebut menghasilkan karya-karyanya yang mencampurkan warna Tribal Riddims dari Dancehall Reggae, nafas tradisional Reggae musik serta pesan-pesan spiritualnya Ras Tafari, selanjutnya Ras menyebarluaskan jaringan dengan komunitas Reggae Eropa melalui jejaring sosial, twitter maupun facebook.
Untuk persiapan pentas di empat kota tersebut, Ras Muhamad melakukan latihan bersama hanya sehari saja adapun selebihnya merupakan improvisasi. Baginya musik Reggae sangat positif karena dituntut penuh konsentrasi dan fisik yang prima sehingga sangat positif.
Dalam pentas di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, Sabtu Malam (28/1) Ras Muhamad yang ter-influence musisi-musisi Reggae dunia seperti, Garnett Silk, Burning Spear, Abysinians, Sizzla, Ras Michael, Jacob Miller, Augustus Pablo, King Tubby, KRS-One, Wu Tang, NAS, Black dan Uhuru, menampilkan lima nomor karyanya sendiri diantaranya, Berjaya, Musik Reggae Ini, Crisis, dan A Letter To Mama.
Ras Muhamad yang pernah Kuliah di New York, sering bersua dengan imigran dari Karibia, Jamaika, dan afrika kemudian nongkrong bareng sambil bermusik Reggae sehingga baginya Reggae sudah begitu mendarah-daging.
Saat tampil di TBY, musisi kelahiran Jakarta tersebut membiarkan rambut gimbalnya sejak 13 tahun silam tergerai. Album pertamanya berjudul Reggae Ambassador (2005), album kedua berjudul Next Chapter (2008), dan album terbarunya berjudul Berjaya (2011). Komentarnya bermain bareng One Drop Band yang diawaki Kassy yang bermain di keyboard, Marcus pada keyboard kedua, Imanuel basis, gitar Stefan, Marcel pada drum, dirinya merasa termotivasi bisa manggung bareng musisi legendaris tersebut mengingat mereka pernah tampil dengan musisi Reggae kelas dunia dari Jamaika.
Sementara itu Dominique Klawonn selaku penyelenggara tour dari Goethe Institute Jakarta kepada RRI-Jogja menceritakan rasa senangnya saat dirinya bertindak sebagai penerima tamu berdiri di depan pintu masuk gedung, dirinya dibuat kelelahan karena pengunjung yang datang mengalir terus tanpa henti meski tidak ada antrian. Kepada wartawan usai pentas yang sukses, Dominique merencanakan dalam waktu dekat akan mengundang musisi Jogja untuk pentas di Jerman.