Seniman Australia Pameran Di Tembi Bantul

Senin, 16 April 2012 22:32 Antok Wesman Dilihat: 49 Kali

RRI-Jogja News, Dalam pengantar katalog pameran berjudul “nDesa or Bloody Woop Woop” Kisah Dari Kliwonan, Barmedman dan Kisah Di Antaranya, karya Ida Lawrence, tertulis “East is east and west is west, and never the twain shall meet”, penggalan puisi karya Rudyard Kipling yang kerap dipakai dalam perspektif dikotomis Timur dan Barat.

Dalam perkembangannya dikotomi tersebut di satu sisi dijadikan pisau bedah analisis, semisal dengan muculnya istilah Orientalis dan Oksidentalis, di sisi lain dikotomi tersebut dibantah dan dianggap mitos karena ada ciri Barat di Timur dan ada ciri Timur di Barat, terutama dalam terjangan globalisasi saat ini.

Peserta program Artist in Residence di Tembi Rumah Budaya, Bantul, Yogyakarta kali ini bernama Ida Lawrence yang kebetulan berdarah campuran Australia dan Jawa, yang kalau menurut dikotomi diatas adalah Barat dan Timur tetapi bisa bertemu secara genetik.

Sebagaimana kisah "manusia perbatasan" yang sering diangkat dalam karya seni dan sastra, persoalan identitas kultural merupakan problema klasik. Begitu pula halnya dengan Ida Lawrence yang berdiri di atas garis perbatasan dimana dua kaki berpijak pada dua sisi, Timur dan Barat. Ida bisa melilhat Jawa dengan kacamata Australia ataupun bisa memandang Australia dari kacamata Jawa, dari serpihan pengalaman lingkup lingkungan, tempat tinggal dan keluarganya.

Pameran di Tembi Rumah Budaya yang berlokasi di Jl. Parangtritis Km. 8,4 Dusun Tembi, Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta tersebut, merupakan usaha Ida untuk mencari benang merah identitas kulturalnya. Ida Lawrence yang lahir dan dibesarkan di Sydney, Australia. Ayahnya adalah warga Desa Kliwonan dekat Sragen, Jawa Tengah dan ibunya dari Barmedman, suatu Desa dekat Wagga Wagga di Negara Bagian New South Wales, Australia.

Melalui karya-karyanya, Ida mencoba menganalisir hubungan kedua daerah tersebut secara puitis, bernarasi, imajinasi dan humoris. Salah satu karya Ida Lawrence berjudul “Map For Pak Dhe Daliman And Uncle John” menggambarkan peta Australia dan Indonesia yang dipenuhi narasi. Adapun judul pameran terinspirasi dari perbincangan anggota keluarga Jawa yang menetap di Yogyakarta, setelah paham akan arti “bloody woop woop”, karena keluarga Ida tersebut sering mendeskripsikan Kliwonan sebagai bloody woop woop dalam artian yang sama, maka Barmedman juga disebut sebagai ndesa dalam bahasa Jawa.

Ida Lawrence untuk pertama kalinya berkunjung di Indonesia pada tahun 1994 dan di tahun 1997 mengunjungi Desa Kliwonan kemudian berada di Yogyakarta sejak tahun 2010 sebagai penerima beasiswa Darmasiswa pada Tari Tradisi Indonesia pada Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia –ISI Yogyakarta, dan terpilih sebagai seniman peserta residensi di Tembi Rumah Budaya Yogyakarta.

Sejak keberadaannya di Yogyakarta, Ida telah melakukan berbagai presentasi di banyak tempat semisal, dalam pentas bertajuk “Mari Jogja Mari”, “Sepatu Menari” di kampus ISI Yogyakarta kemudian pada acara “Hari Tari Dunia, 24 jam Menari” di kampus ISI Surakarta, mengikuti Jogja International Street Performance di Taman Budaya Yogyakarta, pada In The Arts Island Festival di Bali dan Jawa Timur serta dalam acara Bizzarre On Stage bersama Darlane Litaay di Auditorium Teater ISI Yogyakarta.

You are here:   HomeBeritaHeadline NewsHeadline NewsSeniman Australia Pameran Di Tembi Bantul

Seksi Berita

Share/Save/Bookmark