You are now being logged in using your Facebook credentials

Kiprah Komunitas Sketsa Yogyakarta

RRI-Jogja News/L-09, Apa yang Anda lakukan ketika menunggu? Beberapa orang mungkin memainkan ponsel pintarnya dan beberapa lainnya memilih melamun atau bengong. Namun, anak Indonesia’s Sketchers Jogja memilih cara yang berbeda. Kala menunggu, mereka akan segera mengeluarkan peralatan ‘perang’ nya berupa buku sketsa dan alat gambarnya.

Menunggu motor diservis tak lagi membosankan. Dengan semangat mereka menggoreskan garis-garis, menangkap kesan objek yang ada di depannya. Beberapa memilih mewarnainya dengan cat air. Lainnya lebih menyukai membiarkan tetap bernuansa hitam putih.

Sketsa adalah salah satu bentuk dokumentasi selain audio, video dan foto. Sketsa sendiri mempunyai berbagai definisi. Namun, sketsa yang diangkat oleh Indonesia’s Sketchers adalah sketsa di depan objek. Dengan kata lain, seorang sketser menangkap bentuk atau kesan objek dan menuangkannya di kertas saat itu juga.

Apa beda sketsa dengan media dokumentasi lain, misal fotografi? Mengapa mereka bersedia repot-repot menuangkannya dalam garis? Tentu saja karena ada beberapa keistimewaannya.

Berikut ini beberapa alasan mengapa sketsa alat dokumentasi yang unik: Interaksi. Proses pembuatan sketsa lekat sekali dengan interaksi. Umumnya, pembuatan sketsa berkisar mulai dari 5 menit hingga beberapa jam, tergantung kerumitan.

Dibanding dengan fotografi, sketsa mengharuskan kita mengamati objek dengan lebih lama dan detail. Karena proses yang tak sebentar itu, mau tak mau para sketser berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Dalam proses pembuatannya pun, tak jarang anak-anak dan orang yang lewat menyapa dan bertanya. Peluang interaksi juga lebih banyak, karena sebelum sketsa dibuat, penting untuk melakukan pengamatan. Yang dimaksud pengamatan adalah mencoba mengenali objek, dan menangkap kesan dari objek itu sendiri.

Sehingga, nanti diharapkan sudut yang diambil  dalam menyeketsa mampu mewakili kesan keseluruhan objek yang disketsa. Mampu menampilkan ekspresi. Walaupun objek yang disketsa sama, satu orang dengan lainnya menghasilkan garis dan kesan yang berbeda-beda.

Sketsa memungkinkan seorang sketser menuangkan apa yang dirasakannya secara langsung. Itulah yang membuat sketsa unik. Satu orang dengan yang lain mempunyai hasil yang berbeda dalam mendokumentasikan sesuatu.

Suatu objek bisa ditangkap dengan perasaan yang beragam, dan dituangkan dengan cara yang beragam pula. Kemampuan menggambar meningkat. Yang ini jelas ya. Karena, dengan rajin menyeketsa, berarti kosakata visual akan semakin banyak. Suatu saat kosakata tersebut bisa dituangkan dalam media lain yang membutuhkan imajinasi, misal dalam perancangan produk, pembuatan karakter, atau desain grafis.

Sketsa juga melatih koordinasi otak, hati dan tangan. Kemajuan teknologi berdampak mempermudah kegiatan yang dilakukan manusia. Sayangnya, di sisi lain manusia justru semakin merasa bahwa waktu 24 jam sehari tak lagi cukup.

Kini, setiap insan seperti dituntut untuk serba cepat dan sulit lepas dari sikap ketergesa-gesaan. Pun dalam bidang gambar menggambar. Penguasaan perangkat teknologi dianggap suatu kewajiban. Tak heran, makin banyak yang lebih akrab dengan perangkat teknologi seperti komputer, sabak grafis, dan perangkat lunak dibanding peralatan manual seperti kuas, pena, ataupun cat air.

Penguasaan teknologi memang berperan membantu. Namun, ketika teknologi menggerogoti peran sosial manusia seperti berkurangnya interaksi dengan objek sekitarnya, maka sebagian orang kemudian merindukan lagi pekerjaan-pekerjaan manual. Sketsa adalah salah satu perwujudan kerinduan itu.

Tengoklah aktivitas Erick Eko Pramono suatu sore di Kampung Taman, Yogyakarta. Setelah berjalan-jalan cukup lama, ia memutuskan berhenti di sela-sela perkampungan. Di jalanan perkampungan yang sempit itu penuh dengan anak-anak yang bermain.

Setelah menemukan tempat duduk yang cukup nyaman, tangan laki-laki yang berprofesi sebagai guru sekolah itu sibuk mengeluarkan berbagai peralatan, mulai dari kertas, tinta china, sebuah ranting, dan cat air. Setelah itu, garis-garis pun digoreskan, menggambarkan suasana riuh perkampungan.

Tak lama kemudian penduduk sekitar yang lewat pun berhenti dan tertarik memperhatikan. Menggambar dalam suasana seperti itu kadang tak mudah. Diajak mengobrol dengan warga sekitar atau bercengkerama adalah sesuatu yang lazim dilakukan ketika menyeketsa. Belum lagi suasana panas, berangin, atau bahkan gerimis, seperti sore itu. Namun, Erick mengaku puas dengan apa yang ia lakukan. Ia merasa menyatu dengan objek yang ia tuangkan di kertas.

IS Jogja mencoba menyebarluaskan kepada masyarakat bahwa sketsa bukan hanya karya yang setengah jadi atau reng-rengan, tetapi juga bisa menjadi sebuah karya yang final. Sketsa juga bisa dianggap sebagai lukisan. Hanya saja, biasanya unsur yang utama dalam sketsa adalah garis-garis.

Selama ini, terdapat beberapa macam definisi tentang sketsa: Sketsa gambar bentuk (objek diatur, tidak bermaksud bercerita, untuk keperluan studi), Sketsa redraw (menggambar ulang foto), Sketsa desain (seni terapan, membuat rancangan, mempresentasikan gagasan), Sketsa murni (coretan ungkapan ekspresi seniman), Sketsa Ilustrasi (gambar yang belum jadi, berfungsi sebagai garis bantu).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Sketsa adalah lukisan cepat (hanya garis-garis besarnya); gambar rancangan; rengrengan; denah; bagan. Sedangkan sketsa yang diangkat di IS adalah sketch on location/sketsa yang bercerita/sketsa langsung. Mensketsa apa yang dilihat/dialami di lokasi melalui pengamatan langsung, baik di dalam maupun di luar ruangan.

Bercerita tentang lingkungan tempat tinggal dan pengamatan saat bepergian melalui sketsa. Bebas menggunakan media, baik manual ataupun digital. IS menghargai gaya setiap individu. Memberikan keterangan singkat situasi, kondisi, tempat, waktu dan teknis atas sketsa yang dibuat. Menggunakan penghapus boleh, tapi tidak disarankan.

Indonesia's Sketchers atau disingkat IS adalah sebuah kelompok atau komunitas yang didirikan sebagai wadah berbagi cerita, pengalaman melalui karya ‘sketsa langsung’. Indonesia’s Sketchers (IS) digagas oleh Atit Dwi Indarty pada Agustus 2009.

Ide tersebut muncul ketika mengikuti perkembangan sebuah kelompok sketser internasional yang tergabung dalam Urban Sketchers. Saat itu belum ada wakil sketser dari Indonesia yang dapat memberikan gambaran tentang Indonesia melalui sketsa.

Selain itu ide itu juga timbul atas dasar keinginan untuk belajar bersama dalam sebuah group. Tidak lama IS digagas, hadir seorang sketser asal Indonesia di Urban Sketchers, Dhar Chedar, yang juga memiliki visi dan misi yang sama; menggalakkan seni sketsa di Indonesia, khususnya sketsa yang dibuat langsung di depan objek sebagai karya yang dapat berdiri sendiri dan memberikan kontribusi bagi Indonesia melalui karya tersebut.

Indonesia’s Sketchers wilayah Yogyakarta atau disingkat IS Jogja merupakan perwakilan daerah Indonesia’s Sketchers. IS Jogja mengadakan Sketching&Sharing pertama pada 27 Februari 2011, sekaligus menjadi tanggal didirikannya IS Jogja.

Sampai saat ini, IS Jogja telah mengadakan 36 kali acara nyeket bareng. Acara tersebut biasa disebut Sketching&Sharing dan diadakan rutin tiap bulannya. Selain acara nyeket bareng bulanan, ada juga acara workshop yang dinamai Sinau Sesarengan, serta nyeket dadakan atau SDSB (Sket Dadakan Suka Bersama) yang bisa diadakan kapan saja. 

Dalam perjalanannya, hingga kini IS Jogja telah menyelenggarakan tiga kali Pameran. Pameran yang pertama dan kedua diadakan di Hunian Antara Kuwang, bekerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional, DERU UGM, dan Studio Merapi. Pameran ketiga kami adakan di Ledre Cafe, bekerja sama dengan Ledre Cafe, Kaus Sketsa dan Riphie Sketchbook.

Kaus Sketsa merupakan usaha IS Jogja, yang menjual kaus, kartu pos, serta karya sketsa dari anggota IS. Sedangkan Riphie Sketchbook adalah buku sket merk lokal yang diproduksi oleh salah satu anggota IS.

IS Jogja meyakini bahwa sketsa merupakan media yang terbuka, dimana semua orang bisa berperan dan menjadi sketser. Keindahan penting, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana sketsa dan proses menyeketsa itu bermakna bagi dirinya, sekaligus bermakna bagi orang lain.

Maka tak heran, anggota IS Jogja sendiri amat beragam, tak mengenal batas usia, pendidikan bahkan kepada mereka yang merasa tidak mempunyai bakat menggambar sekalipun. Kami berpandangan, menyeketsa bukan hanya milik mereka yang berbakat saja tetapi milik semua orang tanpa kecuali.

Silakan kunjungi media sosial dan blog kami di: Facebook: IS Jogja https://www.facebook.com/groups/isjogja/ Twitter: @ISJogja https://twitter.com/ISJogja Blog: http://is-yogyakarta.blogspot.com/ Tumblr: http://isjogja.tumblr.com 

 

Dengarkan Podcast Berita :

Audio clip: Adobe Flash Player (version 9 or above) is required to play this audio clip. Download the latest version here. You also need to have JavaScript enabled in your browser.

Share selected track on FacebookShare selected track on TwitterShare selected track on Google PlusShare selected track on LinkedIn

Login

Login With Facebook

info.anda

Politik

Jangan Terjebak Popularitas RRI-Jogja News/L-12, Memilih pemimpin berkualitas dalam Pemilu 2014, tidak harus berdasarkan ukuran popularitas dan elektabilitas yang tinggi. Hal tersebut diungkapkan Pengamat Politik, Irman Putra Sidin, dalam seminar nasional peran partisipasi pemilih pemula di Yogyakarta, beberapa waktu…

Seni dan Budaya

Kereta-Kereta Pusaka Kraton Yogyakarta RRI-Jogja News/L-09, Salah satu ciri khas dari pernikahan Kraton Yogya adalah adanya iring-iringan kereta kuda yang akan membawa rombongan pengantin dari Kraton menuju Kepatihan untuk resepsi. Iring-iringan kereta kuda menjadi salah satu ciri khas upacara pernikahan Kraton Yogya. Acara itu…

Hukum

Pemuda Kecewa Koruptor RRI-Jogja News/L-03, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa UGM, Yanuar Riski menyatakan kekecewaannya terhadap para koruptor, terlebih pemimpin yang korupsi seperti di Mahkamah Konsitusi. Dengan nada prihatin, ia berpendapat saatnya generasi muda memimpin bangsa, karena diyakini banyak pemuda…

Teknologi

Krisis Energi RRI-Jogja News/P-02, Dewan Energi Nasional (DEN) RI mendesak Pemerintah untuk mendorong pemanfaatan Bahan Bakar Gas dan Batubara untuk menggantikan BBM. Pasalnya cadangan minyak yang terus menurun dan ditambah kondisi saat ini Indonesia telah menjadi negara net importir minyak sejak tahun…