Hiburan Lebaran "Jathilan" Di Sewandanan Puro Pakualaman Yogyakarta
- Sunday, Aug 11 2013
- Written by Antok Wesman
- Hits: 119
RRI-Jogja News/L-09, Satu-persatu ke-delapan remaja putera penari Jathilan grup ”Rampak Kudan” dari Kecamatan Minggir Sleman yang tampil di Lapangan Sewandanan Puro Pakulaman Yogyakarta, Minggu Sore (11/08/13) kesurupan atau ”Trance” dan mereka terus menari mengikuti iringan tetabuhan.
Mengenakan kostum busana ”Kejawen” Merah-Marun dipadu kuning ke-emasan, para Jongki (penari) yang kesurupan tersebut satu-satu maju kedepan mendekati penabuh kendang dan oleh Pawang dimaklumi sebagai isyarat ”minta makan” yang oleh Pawang kemudian diberikan sebatang Dupa dimulutnya, yang lantas dikunyah-kunyah oleh penari itu.
Seusainya nampak sang Jongki semakin bertenaga, lantas oleh Pawang diberikan seekor Kuda Kepang sebagai tunggangannya membuat penari itu berulah semakin menjadi-jadi layaknya seorang prajurit yang maju ke medan perang.
Secara umum tari tradisional Jathilan memang menggambarkan prajurit yang sedang berlatih perang, yang semula memiliki makna reliji dan sakral, namun sesuai dengan perkembangan keadaan, kini seni Jathilan sepenuhnya disuguhkan sebagai hiburan dan tontonan belaka.
Wakidi (57 tahun), sesepuh Grup Jathilan Rampak Udan yang merangkap sebagai Pawang yang bertugas menyadarkan Jongki yang kesurupan, kepada RRI menjelaskan (dalam Bahasa Jawa) doa yang dirapalkan serta sarana saputangan berisi KulBuntet, sejenis kerang, yang dia usapkan kewajah Jongki untuk menyadarkan sepenuhnya setelah mengalami ”Trance”.
Menurutnya ada beberapa tantangan yang perlu diwaspadai tatkala Jongki kesurupan yakni, penonton ibu-ibu yang menggendong anak tanpa memakai selendang dan penonton yang memanjat pohon disekitar arena, karena mereka lah yang menjadi incaran untuk ditabrak.
Grup Jathilan Rampak Kudan yang pernah berjaya di tahun 1985-an, dua kali menjadi Juara Pertama Lomba Jathilan Se-DIY saat itu, untuk Rias, Penari, Seni Suara dan Gerakan Tarian. Saat ini di Desa Kliran, Sendang Agung tempat Grup tersebut berdomisili, banyak generasi muda meneruskan menjadi penarinya dengan latihan sekali dalam sepekan.
Kesenian tradisional "Jaran Kudan" telah menjadi Ikon Kecamatan Minggir, Sleman, bahkan pernah dikontrak Hotel Berbintang Lima di Yogyakarta, dan pentas di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta.
Momon selaku koreografer melalui Dance Company-nya tetap setia mengawal grup kesenian Jathilan Rampak Kudan, dengan mengembangkan gerakan-gerakan yang ada dipadukan unsur-unsur tari kreasi baru.
Pementasan Tari Jathilan di Sewandanan Puro Pakualaman yang berlangsung satu jam tersebut mendapat respon tinggi dari masyarakat dengan penuhnya penonton di sekeliling arena pertunjukan.
Dengarkan Podcast Berita :
Audio clip: Adobe Flash Player (version 9 or above) is required to play this audio clip. Download the latest version here. You also need to have JavaScript enabled in your browser.