You are now being logged in using your Facebook credentials

Pameran "Sound Installation" Di Karta Pustaka Jogja

RRI-Jogja News/L-09, Berangkat dari kegelisahan kami terhadap fenomena yang terjadi di kota Yogyakarta pada masa kini dengan berbagai permasalahan seperti, meningkatnya jumlah penduduk dengan pergeseran norma-norma sosial di dalamnya, kurangnya tata-kelola kota yang baik, dan permasalahan sarana-prasarana transportasi.

Permasalahan itui hendaknya menjadi perhatian serius bagi seluruh elemen masyarakat yang peduli akan fenomena tersebut.

Tak jauh beberapa tahun lalu kita masih bisa merasakan aura nyaman dari kota Yogyakarta dengan kepribadian penduduknya yang ramah, sopan, serta menjunjung nilai-nilai luhur. Namun suasana itu, kini tinggal menjadi sebuah romantika yang diidam-idamkan oleh penduduk Yogyakarta.

Kenyataan saat ini menjadi sesuatu yang sangat kontras dengan kota Yogyakarta di masa dahulu. Kemacetan jalan raya, sampah, peningkatan angka kriminalitas, pembangunan gedung-gedung yang mengubah wajah kota, polusi udara, serta polusi secara visual ataupun auditif kini secara perlahan menyelimuti dan merusak sendi-sendi kehidupan.

Mimpi-mimpi pun dirangkai untuk membangun kota Yogyakarta yang seperti dahulu di masa yang akan datang. Karya “Nanti - Dulu” lebih bersifat interpretatif atas kondisi masa lalu dan masa depan dengan bersandar pada peristiwa-peristiwa yang aktual terjadi saat ini.     

Komposisi musik dibangun dengan sekuensi dari beberapa cuplikan-cuplikan bunyi-bunyian yang memiliki karakteristik khas kota Yogyakarta. Bunyi tersebut diambil dari berbagai lokasi seperti tempat pembuatan gamelan terutama ketika mencelupkan gong yang panas kedalam air (sumur), tempat pembuatan andong, stasiun kereta api, jalan raya, bel sepeda, kuburan, kentongan, pasar tradisional, dan cuplikan dari acara-acara di radio.

Bunyi direkam pada waktu pagi, siang, senja, hingga tengah malam tergantung dengan kapan bunyi-bunyi tersebut dapat didengar dengan semaksimal mungkin.

Sound Installation adalah sebuah pameran CitySoundScape 2012. Sound Installation  di Yogyakarta merupakan presentasi akhir dari serangkaian workshop tentang soundscape yang telah diadakan di Bandung, Surabaya, Medan selama tahun 2012. Melibatkan 12 seniman yakni 9 komposer dari Bandung, Surabaya, Medan dan 3 seniman visual dari Yogyakarta dengan kurator dari Amsterdam-Belanda, PietHein.

Ke-12 seniman tersebut adalah : Asep Nata, Bagja S. Abdullah, Damaihot  Tumanggor, Gema Swaratyagita, Gilang Pratama, Luqi Lukman, M. Chozin Mukti, Musa Lumbantobing, Ridho Sudrajat, Samuel Respati, Setu Legi, Theresia Agustin.

Soundscape adalah bunyi atau serangkaian bunyi atau sebuah komposisi yang diciptakan dari suara-suara yang ada di lingkungan kita. Pada Sound Installation, komposisi  bunyi tersebut ditampilkan menyatu dengan suguhan visual yang unik dan segar.

Selama tiga minggu, ke-12 seniman terbagi menjadi tiga kelompok yang masing-masing mewakili empat kota asal mereka, dan berhasil  menciptakan tiga karya yang bernuansa multikultur.  Ketiga karya itu berjudul “Nanti – Dulu” ditampilkan di IVAA, BABIBUBEBO ditampilkan di Karta Pustaka, dan MERANTI 826 ditampilkan di Galeri Biasa.

Adapun konsep karya Babibubebo, media massa merupakan konsep yang mendasari terbentuknya ide karya ini. Seberapa pentingnya kehadiran media masa terhadap perspektif gaya hidup masyarakat? Radio, Koran, majalah, tabloid dan berbagai media masa lainnya merupakan salah satu wadah yang cukup mempengaruhi gaya hidup masyarakat.

Melalui informasi lisan maupun tulisan, masyarakat seperti digiring untuk meihat fenomena tren yang terjadi dan muncul di masyarakat secara berkesinambungan. Kecepatan media dalam mengejar berita terbaru, berpacu menjadi media nomor satu, menghasilkan berita yang aktual dan informatif, membuat masyarakat begitu memiliki rasa ingin tahu dalam berbagai jenis informasi.

Sejauh mana mereka menyadarinya? Perubahan kota selalu terjadi dimanapun, termasuk Yogyakarta. Kami melihat bahwa kota ini banyak mengalami perubahan. Yogyakarta masa sekarang sudah tidak cukup beda dengan kota metropolis yang begitu ramai dan heterogen, berbeda dengan masa lalu yang masih lekat dengan nuansa tradisional.

Namun, bagaimana dengan masa depan? Perpaduan masa lalu, masa sekarang dan masa depan tidak hanya berperan dalam rentang waktu tertentu, melainkan juga gaya hidup, cara berpikir dan psikologis masyarakat dengan karakteristiknya yang mewakili jamannya. Sebagaimana dikemukakan Anggi Minarni, Direktris Karta Pustaka Yogyakarta kepada RRI-Jogja.

Konsep karya Meranti 826, Setiap manusia mengalami proses transformasi baik ruang dan waktu. Oleh karena itu dalam perjalanannya, manusia seringkali mengalami proses penyesuaian dengan elemen-elemen alam pendukung yaitu kultur, kondisi cuaca, dan masih banyak lagi faktor lain.

Proses inilah yang mengilhami kita untuk membuat sebuah karya instalasi audio visual ini. Proses yang sangat personal dan dialami hampir sebagian besar manusia ini, kami ungkapan dalam sebuah instalasi yang dibagi menjadi 2 bagian, yaitu proses afirmasi dan proses penyesuaian. Pembagian ini kami rangkai dengan maksud bahwa setiap manusia mengalami proses yang berbeda baik persepsi di dalam filosofi hidupnya.

Pameran Sound Installation terselenggara berkat dukungan sepenuhnya dari Prince Claus Fund dan bekerja sama dengan Teater Garasi, Karta Pustaka, IVAA, dan Galeri Biasa, dan berlangsung 4 hingga 10 Desember 2012 di Karta Pustaka, Indonesian Visual Art Archive, dan di Galeri Biasa Yogyakarta.

 

Dengarkan Podcast Berita :

Audio clip: Adobe Flash Player (version 9 or above) is required to play this audio clip. Download the latest version here. You also need to have JavaScript enabled in your browser.

Share selected track on FacebookShare selected track on TwitterShare selected track on Google PlusShare selected track on LinkedIn

Login

Login With Facebook

info.anda