You are now being logged in using your Facebook credentials

Tingalan Dalem Sri Paku Alam IX

RRI-Jogja News, Untuk memperingati Tingalan Dalem 76 tahun (menurut penaggalan Jawa) Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya –KGPAA Paku Alam IX, serangkaian upacara adat dan tradisi dilakukan, diawali dengan pembuatan sesaji atau sajen bucalan berupa pernak-pernik atau uba rampe yang berisi seperangkat tumpeng lima warna atau tumpeng ponco warno berukuran kecil, buah, jenang atau bubur putih, jenang merah dan jenang baro-baro serta gecoh atau daging cincang yang diberi santan.

Sesaji sebanyak 36 buah tersebut diletakkan di sekitar pintu dan tempat yang dikeramatkan diseputar Kadipaten Pakualaman Yogyakarta, sebagai pemeritahuan kepada masyarakat dan leluhur bahwasanya Kraton Pakualaman akan mengadakan suatu hajatan.

Hari berikutnya, Senin (30/1) berlangsung tradisi ngapem (pembuatan Kue Apem) yang dilakukan oleh Putra Dalem, Rayi Dalem dan para Sentana di area khusus putri yaitu Bangsal Batikan, sehingga para pria dilarang mengikuti upacara tersebut.

Ratusan apem yang dibuat menghabiskan bahan baku terigu seberat 60 kg, dan disusun membentuk wujud sak pengadeg atau sosok raja, mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki yang disusun di atas meja. Putra PA VIII ke-9 atau adik dari KGPAA Paku Alam IX, BRA Retno Rukmini saat ditemui wartawan mengatakan, "Sak pengadeg ini maksudnya apem itu disusun sesuai tinggi raja, dan di bagian kepala diberi apem yang paling besar namanya apem mustoko".

Dijelaskan, “Apem berasal dari bahasa Arab affum yang berarti ampunan, dan bagi masyarakat Jawa, Kue Apem sudah begitu dikenal terutama di saat Bulan Ruwah memasuki Bulan Suci Ramadhan, dimana Kue manis tersebut dibuat oleh setiap rumah tangga, dan mereka saling membagi kepada tetangga disekitarnya serta kerabat dekat, dengan maksud sebagai upaaya untuk meminta maaf atas salah maupun khilaf yang pernah diperbuat, sehingga tatkala berpuasa di Bulan Ramadhan betul-betul berada dalam keadaan bersih, suci lahir maupun batin”.

“Hal serupa juga dilakukan oleh pihak Kadipaten Puro Pakualaman dengan tujuan yang sama dalam rangka menyongsong Tingalan Dalem KGPAA Paku Alam IX kali ini. Kebudayaan ini tak bisa kita lepaskan begitu saja, ketika ayah saya menjadi raja, beliau membebaskan siapa saja yang mau ngangsu kawruh," imbuh BRA Retno Rukmini.

Selain Apem, dibuat pula ketupat sida lungguh sebagai simbol Njejeke Kalenggahan. "Artinya jika wilayah yang dipimpin raja itu sedang terjadi sesuatu, raja bisa memberikan keadilan untuk rakyatnya," jelasnya. Ketupat kecil berbentuk segitiga tersebut tidak ditentukan jumlahnya, nantinya akan disejajarkan dengan uba rampe lainnya seperti tiga ingkung ayam, dua tumpeng besar dan 76 tumpeng kecil sesuai dengan usia KGPAA Paku Alam IX, gudangan, dan jajan pasar.

Senin pagi (30/1) berbagai sajen tumbuk yuswa dikeluarkan dari Dalem Ageng dibawa ke Bangsal Sewatama untuk didoakan oleh Abdi Dalem Suronggomo.

Kesokan harinya Selasa (31/1) sebagian apem akan dibawa keluar untuk diperebutkan masyarakat dan sebagian lagi di diletakkan di Masjid Pakualaman. Menantu KGPAA Paku Alam IX, BRAy Atika Suryodilogo menambahkan, “Prosesi ini akan dimulai pukul 09.00 pagi mengundang 300 tamu dan kita juga memberikan Kalenggahan untuk puluhan Sentana Dalem serta para Lurah dari Kabupaten Kulon Progo yang berjasa untuk Yogya”. 

Menurut BRAy Atika, tradisi Ngapeman ini digelar juga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. “Ini hanya sebagai wujud rasa syukur, karena Sri Paku Alam IX selalu diberi kesehatan hingga usia beliau yang kesekian," ungkapnya.

Audio clip: Adobe Flash Player (version 9 or above) is required to play this audio clip. Download the latest version here. You also need to have JavaScript enabled in your browser.

Share selected track on FacebookShare selected track on TwitterShare selected track on Google PlusShare selected track on LinkedIn

Login

Login With Facebook

info.anda