Museum Merupakan Cermin Budaya Bangsa
- Saturday, Nov 24 2012
- Written by Antok Wesman
- Hits: 179
RRI-Jogja News/L-09, Kalau kita mau jujur, kapan terakhir kali kita berkunjung ke museum? Bisa jadi hanya sekali dan keduanya saat mengantar anak mengunjungi museum tersebut.
Berkunjung ke museum memang belum menjadi suatu kebutuhan untuk bangsa Indonesia, berbeda dengan bangsa-bangsa dari negara-negara yang ekonominya sudah maju, boleh dikata untuk masuk ke museum mereka harus rela antri panjang.
Ada sesuatu yang salah dalam memberikan pemahaman tentang museum kepada anak didik dan tentu perlu mendapatkan perhatian serius semua pihak mengingat museum merupakan tempat menimba ilmu pengetahuan mengenai sejarah dan budaya suatu bangsa.
Begitu strategisnya peranan museum sehingga menarik perhatian Lembaga Pelestari Budaya Nusantara di Yogyakarta untuk menggelar sarasehan bertajuk Museum Dengan Segala Aspeknya, yang berlangsung Kamis Malam (22/11/12) di Banjar Paseban, berlokasi di Jeblok, Dusun Kersan RT 5, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
Dipandu moderator Imam, bahasan tentang Museum disampaikan oleh Bugiswanta, mantan Kepala Museum Sonobudoyo Yogyakarta, selaku narasumber.
Sebagai alumnus ASRI (ISI sekarang) Yogyakarta, dan jam terbang yang tinggi dalam menggeluti seni dan tradisi di Nusantara, ketika dirinya menjadi orang nomor satu di Museum yang sesaat sebelumnya dirinya memegang jabatan, tengah didera insiden berat dengan raibnya koleksi kebangggaan bangsa berupa topeng emas kreasi di era Imperium Majapahit, berikut puluhan artefak emas yang tak ternilai harganya, yang hingga kini tak jelas dimana rimbanya, pun bagaimana kelanjutan beritanya, sirna seiring berjalannya waktu. Bugiswanta sempat “kuwur” karena mendapati fakta bahwa museum Sonobudoyo memang seram sehingga wajar jika sepi pengunjung.
Selain itu, penataan koleksinya ada yang keliru semisal penyusunan posisi tokoh-tokoh wayang, ketika ditanyakan kepada petugas yang berwenang mengatur dia dapati jawaban yang membuatnya masygul, karena petugas itu tidak paham bagaimana letak susunan yang benar yang seharusnya dilakukan.
Dikatakan, Sesuai dengan fungsinya, Museum merupakan pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah, Pusat penyaluran ilmu untuk umum, Pusat penikmatan karya seni, Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa, kemudian sebagai obyek wisata, juga sebagai media pembinaan pendidikan kesenian dan ilmu pengetahuan.
Disamping itu museum juga sebagai Suaka alan dan suaka budaya, serta Cermin sejarah manusia, alam dan kebudayaan suatu bangsa, maka Bugiswanta merubah paradigma lama museum menjadi yang baru.
Menurutnya, di era globalisasi ini museum sebagai lembaga pelestarian budaya dalam menghadapi setiap perubahan baru harus mampu menyesuaikan diri. Melalui konsep pengembangan internal berupa masterplan yang komprehensif, pengelolaan organisasi yang baik, SDM nya memiliki visi dan kompetensi yang memadai, penataan pameran yang responsive yaitu dinamis-aman-nyaman-dan-informatif.
Kemudian pemandu yang ramah dan sopan serta menguasai materi dan komunikasinya lancar. Museum harus memiliki tempat workshop, tempat peraga, pagelaran untuk suatu pertunjukan yang berkait dengan koleksi yang dimilikinya. Menyediakan lokasi kuliner dan tempat cinderamata replica benda-benda koleksi museum tersebut.
Sedangkan secara eksternal membangun jejaring dengan lembaga-lembaga pemerintah-swasta mulai dari tingkat lokal, regional, nasional hingga internasional. Serta menjalin kerjasama erat dengan media massa baik cetak maupun elektronika.
Dengarkan Podcast Berita :
Audio clip: Adobe Flash Player (version 9 or above) is required to play this audio clip. Download the latest version here. You also need to have JavaScript enabled in your browser.